Keluarga Berencana : Cara Mengontrol Jarak & Jumlah Kelahiran Anak
Keluarga Berendana ialah perjuangan untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.
Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap sanggup dilakukan sterilisasi.
Aborsi sanggup digunakan untuk mengakhiri kehamilan kalau terjadi kegagalan kontrasepsi.
KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi terdiri dari:
1. Kontrasepsi oral (pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja.
Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap sanggup dilakukan sterilisasi.
Aborsi sanggup digunakan untuk mengakhiri kehamilan kalau terjadi kegagalan kontrasepsi.
KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi terdiri dari:
1. Kontrasepsi oral (pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja.
Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak sanggup dilalui oleh sperma.
Tablet yang hanya mengandung progestin sering mengakibatkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan kalau pemberian estrogen sanggup membahayakan, contohnya pada perempuan yang sedang menyusui.
Pil kombinasi ada yang mempunyai estrogen takaran rendah dan ada yang mengandung estrogen takaran tinggi.
Estrogen takaran tinggi biasanya diberikan kepada perempuan yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
Keuntungan pemakaian pil KB ialah mengurangi:
- Resiko kanker jenis tertentu
- Angka kekambuhan kram pada ketika menstruasi
- Ketegangan premenstruasi
- Perdarahan tidak teratur
- Anemia
- Kista payudara
- Kista ovarium
- Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
- Infeksi tuba falopii.
Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan investigasi fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada problem kesehatan yang sanggup mengakibatkan resiko.
Jika perempuan tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan investigasi darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB takaran rendah.
3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan investigasi ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya investigasi dilakukan 1 kali/tahun.
Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
a. Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
b. Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
c. Wanita yang mempunyai kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
e. Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
f. Wanita yang mempunyai bekuan darah
g. Wanita yang tungkainya sedang digips
h. Wanita penderita penyakit jantung
I. Wanita yang pernah menderita stroke
j. Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada ketika kehamilan
k. Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
Pengawasan harus dilakukan kalau pil KB digunakan oleh:
a. Wanita yang mengalami depresi
b. Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
c. Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun
d. Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.
Pemakaian pil KB setelah kehamilan
Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat kalau perempuan tersebut menggunakan pil KB.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 ahad setelah persalinan, maka pil KB sanggup eksklusif digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 ahad sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan kalau menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 ahad sebelum pil KB mulai digunakan.
Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi hingga 10-12 ahad setelah persalinan, tetapi mereka sanggup mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB kalau tidak ingin hamil.
Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui sanggup mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga sanggup hingga ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum perempuan tersebut mengetahui bahwa ia hamil) tidak akan membahayakan janin.
Efek samping pil KB
a. Perdarahan tidak teratur.
Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB, kalau tubuh telah beradaptasi dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti.
b. Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak mengakibatkan berkurangnya kesuburan secara permanen.
c. Efek samping yang bekerjasama dengan estrogen ialah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi.
d. Efek samping yang bekerjasama dengan progestin ialah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan.
Penambahan berat tubuh sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi jawaban penahanan cairan dan mungkin alasannya ialah meningkatnya nafsu makan.
e. Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB takaran tinggi.
Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera tidak boleh dan segera memeriksakan diri alasannya ialah tanda-tanda tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru.
Pil KB dan pembedahan mengakibatkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus tidak boleh dan gres mulai digunakan lagi 1 bulah setelah pembedahan.
f. Mual dan sakit kepala.
g. 1-2% perempuan pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur.
h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah).
Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan.
I. Resiko terjadinya kanker leher rahim sepertinya meningkat, terutama kalau pil KB telah digunakan selama lebih dari 5 tahun. Karena itu perempuan pemakai pil KB harus rutin menjalani investigasi Pap smear (minimal 1 kali/tahun).
Di lain fihak, perempuan pemakai pil KB mempunyai resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.
Interaksi pil KB dengan obat lain
Pil KB tidak kuat terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) sanggup mengakibatkan berkurangnya efektivitas dari pil KB.
Wanita pemakai pil KB sanggup hamil kalau secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma).
Oba anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) sanggup mengakibatkan meningkatkan perdarahan abnormal pada perempuan pemakai pil KB.
Untuk mengatasi hal ini, kepada perempuan penderita epilepsi yang mengkonsumsi anti-kejang perlu diberikan pil KB takaran tinggi.
Kontrasepsi hormonal
2. Kontrasepsi penghalang
Kontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi susukan sperma ke dalam rahim wanita.
Yang termasuk ke dalam kontrasepsi penghalang adalah:
A. Kondom.
Kondom sanggup melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual (misalnya AIDS) dan sanggup mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher rahim.
Ada kondom yang ujungnya mempunyai penampung semen; kalau tidak ada penampung semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di depan penis.
Kondom harus dilepaskan secara perlahan alasannya ialah kalau semen tumpah maka sperma sanggup masuk ke vagina sehingga terjadi kehamilan.
Untuk menambah efektivitas pemakaian kondom sanggup ditambahkan spermisida (biasanya terkandung di dalam pelumas kondom atau dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina).
Kondom perempuan merupakan alat kontrasepsi penghalang gres yang dipasang di vagina dengan derma sebuah cincin.
Kondom perempuan ibarat kondom pria, tetapi lebih lebar dan mempunyai angka kegagalan yang tinggi.
B. Diafragma.
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga biar sperma tidak masuk ke dalam rahim.
Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat.
Pemakaiannya harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli.
Diafragma dipasang sebelum melaksanakan hubungan seksual dan tetap terpasang hingga minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.
Ukuran diafragma harus diganti jika:
- terjadi penambahan atau penurunan berat tubuh sebanyak lebih dari 5 kg
- diafragma telah digunakan selama lebih dari 1 tahun
- gres melahirkan anak atau mengalami aborsi,
alasannya ialah ukuran dan bentuk vagina mungkin mengalami perubahan.
C. Penutup serviks (leher rahim).
Penutup serviks (cervical cap) hampir ibarat diafragma tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih kaku, dipasang pada serviks.
Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat.
Pemakaian epilog serviks harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli.
Penutup serviks dipasang sebelum melaksanakan hubungan seksual dan tetap terpasang hingga minimal 8 jam dan maksimal 48 jam sehabis melaksanakan hubungan seksual.
D. Sediaan untuk menghentikan atau membunuh sperma atau disebut juga spermisida (dalam bentuk busa, krim, jel dan suppositoria yang dimasukkan ke dalam vagina)
Busa, krim, jeli dan suppositoria vagina dimasukkan sebelum melaksanakan hubungan seksual.
Selain mengandung spermisida, materi tersebut juga merupakan penghalang fisik untuk sperma.
3. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
Disebut juga coitus interruptus.
Pada metode ini, laki-laki mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme).
Metode ini kurang sanggup dipercaya alasannya ialah sperma sanggup keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.
4. Metoda ritmik
Pada metoda ritmik, pasangan suami istri tidak melaksanakan hubungan seksual selama masa subur wanita.
Ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma sanggup bertahan selama 3-4 hari setelah melaksanakan hubungan seksual. Karena itu pembuahan sanggup terjadi jawaban hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.
A. Metode ritmik kalender merupakan metode yang paling tidak efektif, bahkan untuk perempuan yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
Wanita sebaiknya mencatat siklusnya dalam 12 bulan terakhir. Untuk mengetahui ketika tidak boleh melaksanakan hubungan seksual, dilakukan perhitungan berikut:
(siklus terpendek - 18) dan (siklus terpanjang - 11).
Contohnya, kalau siklus seorang perempuan dalam waktu 12 bulan terakhir berkisar antara 26-29 hari, maka 26-18=8 dan 29-11=18, artinya hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-8 hingga hari ke-18 setelah menstruasi.
B. Pada metode temperatur, dilakukan pengukuran suhu basal (suhu ketika bangkit tidur sebelum beranjak dari daerah tidur).
Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1° Celsius) setelah ovulasi.
Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan mulai dari menstruasi hari pertama hingga suhu basalnya meningkat.
C. Pada metode lendir, masa subur perempuan diketahui dengan mengamati lendir servikal, yang biasanya dikeluarkan dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih encer sesaat sebelum ovulasi.
Hubungan seksual tidak boleh pada ketika terjadinya peningkatan jumlah lendir servikal hingga 4 hari sesudahnya.
C. Metoda simptotermal terdiri dari pengamatan perubahan lendir servikal dan suhu basal tubuh, juga tanda-tanda lainnya yang bekerjasama dengan ovulasi (misalnya nyeri kram ringan pada perut pecahan bawah).
Metoda ini merupakan metoda yang paling sanggup diandalkan.
5. Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan ialah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks yang kental.
6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibentuk sayatan dan dengan derma jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam fatwa darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.
Interaksi dengan obat lain jarang terjadi alasannya ialah implan tidak mengandung estroggen.
Efek samping yang utama ialah perdarahan tidak teratur atau sama sekali tidak terajdi menstruasi.
Efek samping lainnya ialah sakit kepala dan penambahan berat badan.
Kapsul implan tidak larut dalam tubuh sehingga setelah 5 tahun harus dilepaskan.
Segera setelah implan dilepas, fungsi ovarium akan kembali normal dan perempuan pemakai implan kembali menjadi subur.
6. Kontrasepsi suntikan
Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam otot bokong atau lengan atas.
Suntikan ini sangat efektif tetapi sanggup mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin usang suntikan KB dipakai, maka lebih banyak perempuan yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih sedikit perempuan yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun menggunakan suntikan KB, sekitar 70% perempuan sama sekali tidak mengalami perdarahan.
Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun.
Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin gres kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi medroksiprogesteron tidak mengakibatkan kemandulan permanen.
Suntikan KB sanggup mengakibatkan penambahan berat tubuh yang sifatnya ringan. Setelah pemakaian dihentikan, sanggup terjadi osteoporosis yang bersifat sementara.
Medroksiprogesteron tidak mengakibatkan meningkatnya resiko terhadap banyak sekali kanker (termasuk kanker payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim.
Interaksi dengan obat lain jarang terjadi.
7. IUD (intra uterine device, spiral).
Keuntungan dari IUD ialah imbas sampingnya terbatas di dalam rahim.
Terdapat 2 macam IUD:
- melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
- melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).
Biasanya IUD dipasang pada ketika menstruasi. Jika kemungkinan terjadi nanah serviks, masa pemsangan IUD sebaiknya ditunda hingga nanah mereda.
Cara kerja IUD ialah dengan mengakibatkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur.
Melepaskan IUD akan mengakibatkan terhentinya proses peradangan.
Efek samping dari IUD:
- Perdarahan dan nyeri
- Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan sanggup mengakibatkan kehamilan)
- Perforasi rahim
- Ketika gres dipasang akan terjadi nanah singkat pada rahim, tetapi nanah ini akan mereda setelah 24 jam
- Resiko terjadinya keguguran pada perempuan hamil dengan IUD yang masih terpasang ialah sekitar 55%.
STERILISASI
Sterilisasi merupakan cara berkeluarga berencana yang sifatnya permanen.
Sterilisasi pada laki-laki dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada perempuan dilakukan mekanisme ligasi tuba.
Vasektomi ialah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis).
Vasektomi dilakukan oleh andal bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit.
Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, alasannya ialah biasanya kesuburan masih tetap ada hingga sekitar 15-20 kali ejakulasi.
Setelah investigasi laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa laki-laki tersebut telah mandul.
Komplikasi dari vasektomi adalah:
- Perdarahan
- Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
- Pembukaan spontan.
Ligasi tuba ialah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim).
Pada ligasi tuba dibentuk sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total.
Ligasi tuba sanggup dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari.
Selain pemotongan dan pengikatan, sanggup juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.
Untuk menyumbat tuba sanggup digunakan pita plastik dan klip berpegas.
Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih gampang kembali alasannya ialah lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada perempuan ialah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).
ABORSI
Aborsi ialah pengguguran kandungan.
Secara umum, kontrasepsi dan sterilisasi mempunyai komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan aborsi, terutama pada perempuan muda.
Karena itu kontrasepsi dan sterilisasi merupakan pilihan yang lebih baik untuk mencegah kehamilan dan pengguguran sebaiknya dijadikan pilihan terakhir kalau teknik lainnya yang lebih kondusif telah gagal dilakukan.
Metoda pengguguran terdiri dari:
1. Evakuasi pembedahan : mengeluarkan isi rahim melalui vagina.
Evakuasi pembedahan merupakan 97% dari pengguguran dan hampir selalu dilakukan pada kehamilan yang berumur kurang dari 12 minggu.
Digunakan teknik kuretase aspirasi.
Untuk kehamilan yang berusia 7-12 minggu, serviks biasanya harus dilebarkan terlebih dahulu (dilatasi) alasannya ialah selang penghisapnya lebih besar.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada serviks, sanggup digunakan laminaria (akar rumput bahari yang dikeringkan) atau dilator lainnya yang menyerap air. Laminaria dimasukkan ke dalam saluran servikal dan dibiarkan selama 4-5 jam, biasanya semalaman. Karena laminaria menyerap sejumlah air dari tubuh, maka laminaria akan mengembang dan mengakibatkan peregangan lubang serviks.
Untuk kehamilan yang berusia lebih dari 12 ahad teknik yang paling sering digunakan ialah D&E (dilatasi dan evakuasi). Alat penghisap dan forseps digunakan untuk mengeluarkan hasil pembuahan kemudian dilakukan pengerokan rahim secara perlahan untuk memastikan bahwa seluruh jaringan telah dikeluarkan.
Dilatasi dan penyelamatan semakin banyak digunakan pada kehamilan lanjut untuk merangsang pengguguran alasannya ialah komplikasinya lebih ringan dibandingkan dengan pamekaian obat.
2. Obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim sehingga isi rahim keluar.
Obat-obatan (misalnya mifepriston/RU 486 dan prostaglandin) kadang digunakan untuk merangsang aborsi, terutama pada kehamilan diatas 16 minggu, alasannya ialah pada ketika ini D&E sanggup mengakibatkan komplikasi yang serius (seperti kerusakan rahim atau usus).
RU 486 sanggup digunakan segera setelah pembuahan.
Prostaglandin ialah obat yang merangsang kontraksi usu, sanggup diberikan dalam bentuk suntikan atau suppositoria vagina. Efek sampingnya ialah mual, muntah, diare, kemerahan pada wajah dan pingsan. Pada beberapa wanita, prostaglandin sanggup memicu suatu serangan asma.
Mifepriston dikombinasikan dengan prostaglandin sangat efektif untuk mengakhiri kehamilan yang berusia kurang dari 7 minggu.
Obat ini menghalangi kerja progesteron di dalam lapisan rahim sehingga prostaglandin lebih efektif.
Pil KB takaran tinggi kadang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah melaksanakan 1 kali hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, tetapi tidak selalu efektif. Pil KB harus diminum dalam waktu 72 jam. Efek sampingnya ialah mual dan muntah.
Komplikasi pengguguran secara eksklusif bekerjasama dengan umur kehamilan dan metoda yang digunakan. Semakin renta umur kehamilan, semakin besar resiko terjadinya komplikasi:
- Perforasi rahim oleh alat bedah
- Perforasi usus atau organ lainnya
- Perdarahan selama atau segera setelah aborsi
- Perdarahan tertunda alasannya ialah adanya sisa plasenta di dalam rahim
- Infeksi rahim
- Pembentukan jaringan parut di dalam rahim.
0 Response to "Keluarga Berencana : Cara Mengontrol Jarak & Jumlah Kelahiran Anak"
Post a Comment