TBC atau Tuberkulosa
TBC atau Tuberkulosa
Penyakit TBC yaitu merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh basil Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC sanggup menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan ketika ini mencapai angka 250 juta masalah gres diantaranya 140.000 menimbulkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam problem penyakit TBC ini.Penularan penyakit TBC yaitu melalui udara yang terkotori oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC ketika batuk, dimana pada belum dewasa umumnya sumber infeksi yaitu berasal dari orang remaja yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga menjelma banyak (terutama pada orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah), Bahkan basil ini pula sanggup mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menimbulkan terinfeksinya organ tubuh yang lain menyerupai otak, ginjal, akses cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak yaitu organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menimbulkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni basil yang berbentuk bundar (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat basil TBC ini melalui prosedur alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya basil TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) menyerupai yang tampak sebagai tuberkel pada investigasi X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, basil ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan aktual terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya kemudahan pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai daerah tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya menerima efek besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
1. Gejala umum (Sistemik)
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam menyerupai influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 ahad (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak lezat (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akhir penitikberatan kelenjar getah bening yang membesar, akan menjadikan bunyi “mengi”, bunyi nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), sanggup disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi tanda-tanda menyerupai infeksi tulang yang pada suatu ketika sanggup membentuk akses dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada belum dewasa sanggup mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya yaitu demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia belum dewasa apabila tidak menjadikan gejala, Maka TBC sanggup terdeteksi jika diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% belum dewasa yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru remaja menawarkan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru remaja dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi menurut investigasi serologi/darah.
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan fisik secara langsung.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
- Rontgen dada (thorax photo).
- dan Uji tuberkulin.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani investigasi baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan yaitu Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun lantaran adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan menawarkan pemanis obat menyerupai pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal Triple Drug.
0 Response to "TBC atau Tuberkulosa"
Post a Comment