Jerawat Virus

140.    Campak
141.    Campak Jerman
142.    Cacar Air
143.    Gondongan
144.    Polio
145.    Infeksi HIV Pada Anak
146.    Herpes Pada Bayi Baru Lahir
147.    Panensefalitis Sklerotik Subakut
148.    Panensefalitis Rubella Progresif
149.    Roseola Infantum
150.    Eritema Infeksiosa
151.    Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan
152.    Infeksi Sistem Saraf Pusat


Campak

Campak (Rubeola, Campak 9 hari) ialah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.

Penularan infeksi terjadi lantaran menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.

Sebelum vaksinasi campak dipakai secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada belum dewasa usia pra-sekolah dan belum dewasa SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya beliau akan kebal terhadap penyakit ini.
PENYEBAB

Campak disebabkan oleh paramiksovirus.

Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, ekspresi maupun tenggorokan penderita campak.
Masa inkubasi ialah 10-14 hari sebelum tanda-tanda muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
- bayi berumur lebih dari 1 tahun
- bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
- remaja dan sampaumur muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
GEJALA

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- nyeri tenggorokan
- hidung meler
- batuk
- nyeri otot
- demam
- mata merah
- fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau).

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di ekspresi serpihan dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya tanda-tanda diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah indera pendengaran serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40? Celsius.
3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.


KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

   1. Infeksi bakteri
      - Pneumonia
      - Infeksi indera pendengaran tengah
   2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita gampang memar dan gampang mengalami perdarahan
   3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan ruam kulit yang khas.

Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
- investigasi darah
- pembiakan virus
- serologi campak.


PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

PENCEGAHAN

Vaksin campak merupakan serpihan dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.
Dalam bentuk MMR, takaran pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, takaran kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
 

Campak Jerman

Campak Jerman (Rubella, Campak 3 hari) ialah suatu infeksi virus menular, yang menimbulkan tanda-tanda yang ringan (misalnya nyeri sendi dan ruam kulit).

Berbeda dengan campak, rubella tidak terlalu menular dan jarang menyerang anak-anak.
Jika menyerang perempuan hamil (terutama pada ketika kehamilan berusia 8-10 minggu), bisa mengakibatkan keguguran, final hayat bayi dalam kandungan atau kelainan bawaan pada bayi.

PENYEBAB
Penyebabnya ialah virus.

Virus rubella ditularkan melalui percikan ludah penderita atau lantaran kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam kandungannya.
Penderita bisa menularkan penyakit ini pada ketika 1 ahad sebelum munculnya ruam hingga 1 ahad setelah ruam menghilang.
Bayi gres lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini.

Kekebalan seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini.
Wabah bisa terjadi dengan interval 6-9 tahun.

Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi gres lahir ialah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari etelah terinfeksi.

Pada anak-anak, gejalanya diawali dengan rasa tidak yummy tubuh selama 1-5 hari, demam yang tidak begitu tinggi (38? Celsius), disertai pembengkakan kelenjar getah bening kepala dan leher, kadang disertai nyeri sendi. Tidak terdapat nyeri tenggorokan, tetapi tenggorokan hanya terlihat agak merah.
Pada dewasa, tanda-tanda awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak timbul.

Ruam (kemerahan kulit) muncul dan berlangsung selama 3 hari. Pada mulanya ruam timbul di wajah dan leher, kemudian menyebar ke batang badan, lengan dan tungkai.
Pada langit-langit ekspresi timbul bintik-bintik kemerahan.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut gejala.
Diagnosis niscaya pada ibu hamil bisa ditegakkan melalui pengukuran kadar antibodi terhadap virus rubella.


KOMPLIKASI

Kebanyakan belum dewasa mengalami penyembuhan total.
Anak laki-laki atau laki-laki sampaumur kadang mengalmi nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara.
Sepertiga perempuan mengalami nyeri sendi atau artritis.

Pada perempuan hamil, campak Jerman bisa mengakibatkan keguguran, final hayat bayi dalam kandungan ataupun keguguran.

Kadang terjadi infeksi indera pendengaran (otitis media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak Jerman.
Untuk menurunkan panas bisa diberikan asetaminofen.

PENCEGAHAN
Vaksin rubella merupakan serpihan dari imunisasi rutin pada masa kanak=-kanak.
Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, takaran kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Wanita usia subur bisa menjalani investigasi serologi untuk rubella.
Jika tidak mempunyai antibodi, diberikan imunisasi dan gres boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tanggapan kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.
 
 
 

Gondongan

Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) ialah suatu infeksi virus menular yang mengakibatkan pembengkakan pada kelenjar liur disertai nyeri.

PENYEBAB
Mumps disebabkan oleh paramyxovirus.
Virus ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau lantaran bersentuhan pribadi dengan benda-benda yang tercemar oleh ludah penderita.

Jika dibandingkan dengan campak atau cacar air, gondongan tidak terlalu menular.
Kebanyakan penyakit ini menyerang belum dewasa yang berumur 2-12 tahun. Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Jika seseorang pernah menderita gondongan, maka beliau akan mempunyai kekebalan seumur hidupnya.

Yang terkena biasanya ialah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara indera pendengaran dan rahang.
Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.
Masa inkubasi ialah 12-24 hari.

GEJALA
Gejala timbul dalam waktu 12-24 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- menggigil
- sakit kepla
- nafsu makan berkurang
- merasa tidak yummy badan
- demam ringan hingga sedang (terjadi 12-24 jam sebelum 1 atau beberapa kelanjar liur membengkak).
Tetapi 25-30% penderita tidak memperlihatkan gejala-gejala tersebut.

Gejala pertama dari infeksi kelenjar ludah ialah nyeri ketika mengunyah atau menelan, terutama kalau menelan cairan asam (misalnya jus jeruk). Jika kelenjar liur disentuh, akan timbul nyeri. Pada ketika ini suhu biasanya naik hingga 38,9-40? Celsius. Pembengkakan terjadi pada hari kedua.

Gejala lain yang mungkin ditemukan:
- nyeri testis
- benjolan di testis
- pembengkakan skrotum (kantung zakar).


KOMPLIKASI

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Komplikasi bisa terjadi pada organ selain kelenjar liur, terutama kalau infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Komplikasi bisa terjadi sebelum, selama maupun setelah kelenjar liur membengkak; atau terjadi tanpa disertai pembengkakan kelenjar liur.

   1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
   2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang mengakibatkan kemandulan.
   3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang.
      5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, mirip ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
   4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada final ahad pertama. Penderita mencicipi mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 ahad dan penderita akan sembuh total.
   5. Peradangan ginjal bisa mengakibatkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak
   6. Peradangan sendi bisa mengakibatkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil investigasi fisik yang memperlihatkan adanya pembengkakan di kawasan temporomandibuler (antara indera pendengaran dan rahang).
Biasanya tidak perlu dilakukan investigasi khusus.

PENGOBATAN
Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan masakan lunak dan hindari minuman asam lantaran bisa menimbulkan nyeri.
Daerah pipi/leher bisa juga dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin.
Obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen dan ibuprofen) bisa dipakai untuk mengatasi sakit kepala dan tidak yummy badan. Aspirin dilarang diberikan kepada belum dewasa lantaran mempunyai resiko terjadinya sindroma Reye.

Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah baring.
Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu.

Jika terjadi mual dan muntah tanggapan pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.

PENCEGAHAN
Vaksinasi gondongan merupakan serpihan dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Vaksin gondongan biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella (MMR), yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas.
 
 
 

Polio

Polio (Poliomielitis) ialah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa mengakibatkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.

PENYEBAB
Penyebabnya ialah virus polio.

Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:
- Secara pribadi dari orang ke orang
- Melalui percikan ludah penderita
- Melalui tinja penderita.
Virus masuk melalui ekspresi dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan kanal pencernaan, kemudian diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Resiko terjadinya polio:
# Belum mendapatkan imunisasi polio
# Bepergian ke kawasan yang masih sering ditemukan polio
# Kehamilan
# Usia sangat lanjut atau sangat muda
# Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya gres menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
# Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik sanggup melemahkan sistem kekebalan tubuh).

GEJALA
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
- Infeksi subklinis
- Non-paralitik
- Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis.
Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf sentra (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.

   1. Infeksi subklinis (tanpa tanda-tanda atau tanda-tanda berlangsung selama kurang dari 72 jam)
      - demam ringan
      - sakit kepala
      - tidak yummy badan
      - nyeri tenggorokan
      - tenggorokan tampak merah
      - muntah.
   2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
      - demam sedang
      - sakit kepala
      - kaku kuduk
      - muntah
      - diare
      - kelelahan yang luar biasa
      - rewel
      - nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
      - kejang dan nyeri otot
      - nyeri leher
      - nyeri leher serpihan depan
      - kaku kuduk
      - nyeri punggung
      - nyeri tungkai (otot betis)
      - ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
      - kekakuan otot.
   3. Poliomielitis paralitik
      - demam timbul 5-7 hari sebelum tanda-tanda lainnya
      - sakit kepala
      - kaku kuduk dan punggung
      - kelemahan otot asimetrik
      - onsetnya cepat
      - segera menjelma kelumpuhan
      - lokasinya tergantung kepada serpihan korda spinalis yang terkena
      - perasaan ganjil/aneh di kawasan yang terkena (seperti tertusuk jarum)
      - peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
      - sulit untuk memulai proses berkemih
      - sembelit
      - perut kembung
      - gangguan menelan
      - nyeri otot
      - kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
      - ngiler
      - gangguan pernafasan
      - rewel atau tidak sanggup mengendalikan emosi
      - refleks Babinski positif.


KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling berat ialah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan.

Kadang serpihan dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terjangkit polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.

Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terjangkit polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali mengakibatkan kelumpuhan.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil investigasi fisik.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan investigasi terhadap referensi tinja untuk mencari poliovirus dan investigasi terhadap darah untuk memilih titer antibodi.
Pembiakan virus diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal.
Pemeriksan rutin terhadap cairan serebrospinal memperlihatkan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah putihnya agak meningkat.

PENGOBATAN
Polio tidak sanggup disembuhkan dan obat anti-virus tidak menghipnotis perjalanan penyakit ini.
Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa dipakai ventilator.

Tujuan utama pengobatan ialah mengontrol tanda-tanda sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diharapkan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi kanal kemih, diberikan antibiotik.
Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat.

Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.


PROGNOSIS

Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan serpihan tubuh yang terkena.
Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total.
Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan mengakibatkan kelumpuhan atau final hayat (biasanya akbiat gangguan pernafasan).

PENCEGAHAN
Vaksin polio merupakan serpihan dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Terdapat 2 jenis vaksin polio:
# Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif
# Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.
Yang memperlihatkan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai ialah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut).
Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa mengakibatkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang bekerjasama erat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.

Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke kawasan yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
 
 
 

Infeksi HIV Pada Anak

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) ialah suatu infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan mengakibatkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Stadium final dari infeksi HIV ialah AIDS.
AIDS ialah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS; sedangkan yang lainnya gres menimbulkan tanda-tanda beberapa tahun setelah terinfeksi.

Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama final hayat pada anak-anak.
Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah mendapatkan laporan wacana jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV pada ketika lahir, yaitu sebanyak 5500 anak.

Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang sampaumur muda, belum dewasa atau remaja hanya sekitar 2%.

PENYEBAB
Penyebab terjadinya infeksi HIV ialah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih jarang).

3 cara penularan virus kepada anak-anak:

   1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
   2. Pada ketika proses persalinan berlangsung
   3. Melalui ASI.

GEJALA
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak pribadi menampakkan gejala.
Pada 10-20% kasus, tanda-tanda gres timbul pada ketika anak berumur 1-2 tahun; sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya gres timbul beberapa tahun kemudian.
Sekitar 50% belum dewasa yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.

Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
# Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung usang atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi
# Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di ekspresi atau kawasan yang tertutup popok
# Infeksi basil berulang (misalnya infeksi indera pendengaran tengah, pneumonia dan meningitis)
# Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
# Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.

Sejumlah tanda-tanda dan komplikasi bisa timbul lantaran adanya penurunan sistem kekebalan.
Sekitar sepertiga belum dewasa yang terinfeksi HIV, menderita peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.

Pneumonia pneumokistik lantaran organisme Pneumocystis carinii merupakan bahaya yang serius pada anak-anak.
Anak-anak yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali pada 15 bulan pertama.
Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama final hayat pada belum dewasa dan orang sampaumur yang menderita AIDS.

Pada sejumlah belum dewasa yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang progresif mengakibatkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan perkembangan, contohnya berjalan dan berbicara.
Mereka juga mengalami gangguan kecerdasan serta mempunyai kepala yang ukurannya relatif lebih kecil kalau dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.

Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau gagal jantung.
Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang menyerang anak-anak.

Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya mempunyai berat tubuh lahir yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.

Pada belum dewasa yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
# Pneumonia pneumokistik
# Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
# Infeksi bakteri
# Meningitis
# Infeksi jamur
# Esofagitis (peradangan kerongkongan)
# Kandidiasis (infeksi jamur)
# Infeksi virus
# Herpes
# Herpes zoster
# Infeksi parasit.

Pada belum dewasa jarang terjadi keganasan.
2 duduk kasus utama yang sering ditemukan pada belum dewasa yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS ialah wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan berat tubuh tanggapan berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak yang sanggup mengakibatkan pembengkakan atau penciutan otak).
Wasting syndrome kadang sanggup diatasi dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.

DIAGNOSA
Pada bayi gres lahir, investigasi darah standar untuk antibodi HIV tidak bersifat diagnostik lantaran kalau ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir selalu mengandung antibodi HIV.
Antibodi ini akan tetap berada dalam darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi kalau bayi terinfeksi, maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya.

Karena itu untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan dilakukan investigasi darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan investigasi darah standar untuk infeksi HIV.

PENGOBATAN
Pada ketika ini sudah banyak obat yang bisa dipakai untuk menangani infeksi HIV:

   1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
      - AZT (zidovudin)
      - ddI (didanosin)
      - ddC (zalsitabin)
      - d4T (stavudin)
      - 3TC (lamivudin)
      - Abakavir
   2. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
      - Nevirapin
      - Delavirdin
      - Efavirenz
   3. Protease inhibitor
      - Saquinavir
      - Ritonavir
      - Indinavir
      - Nelfinavir.


Semua obat-obatan tersebut ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga memperlambat progresivitas penyakit.
HIV akan segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila dipakai secara tunggal. Pengobatan paling efektif ialah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan memperpanjang impian hidup.
Dokter kadang sulit memilih kapan dimulainya pinjaman obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya masih tinggi dan penderita tidak memperlihatkan tanda-tanda apapun.

AZT, ddI, d4T dan ddC mengakibatkan imbas samping mirip nyeri abdomen, mual dan sakit kepala (terutama AZT).
Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak sumsum tulang dan mengakibatkan anemia.
ddI, ddC dan d4T bisa merusak saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas.
Dalam kelompok nucleoside, 3TC sepertinya mempunyai imbas samping yang paling ringan.

Ketiga protease inhibitor mengakibatkan imbas samping mual dan muntah, diare dan gangguan perut.
Indinavir mengakibatkan kenaikan ringan kadar enzim hati, bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga mengakibatkan nyeri punggung ahli (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan kerikil ginjal.
Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati mengakibatkan naik atau turunnya kadar obat lain dalam darah.
Kelompok protease inhibitor banyak mengakibatkan perubahan metabolisme tubuh mirip peningkatan kadar gula darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease paunch).

Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi ooportunistik.
Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak.
Penderita dengan limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah infeksi Mycobacterium avium.
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi candida mendapatkan flukonazol jangka panjang.
Penderita dengan infeksi herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka panjang.


PROGNOSIS

Pemaparan terhadap HIV tidak selalu menimbulkan penularan, beberapa orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan tanda-tanda selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.

Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada alhasil semua kasus akan menjadi AIDS.

Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan meningkatkan angka impian hidup penderita.
Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah hingga tidak sanggup terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh.

Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah mirip polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test membantu dokter untuk memonitor imbas pengobatan dan membantu evaluasi prognosis penderita.
Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus hingga lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.

Pada awal inovasi virus HIV, penderita segera mengalami penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya hingga bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada ketika ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.

PENCEGAHAN
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memperlihatkan obat anti-HIV.
Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral (melalui mulut), sedangkan pada ketika persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi gres lahir diberikan AZT selama 6 minggu.
Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%.

Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, lantaran itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar.

Resiko penularan melalui ASI relatif rendah.
Jika tersedia susu formula yang baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memperlihatkan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak higienis sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu tetap memperlihatkan ASI kepada bayinya lantaran pinjaman ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya. 
 
 
 

Herpes Pada Bayi Baru Lahir

Herpes Simpleks pada bayi gres lahir merupakan suatu infeksi virus yang serius, yang menyerang organ utama (otak, hati, paru-paru) dan seringkali mengakibatkan kerusakan yang permanen atau kematian.

Infeksi bisa terjadi sebelum atau setelah bayi lahir.
Ibu dari bayi biasanya tidak menyadari bahwa beliau menderita herpes simpleks dan tidak memperlihatkan gejala-gejalanya.

PENYEBAB
Penyebabnya ialah virus herpes simpleks.

GEJALA
Gejala biasanya mulai muncul pada ahad pertama hingga ahad kedua.
Ruam kulit terbentuk sebagai lepuhan kecil berisi cairan, tetapi 45% bayi yang menderita herpes tidak mempunyai ruam ini.

Jika tidak segera diobati, akan timbul tanda-tanda yang lebih serius dalam waktu 7-10 hari:
- suhu tubuh yang turun-naik
- kejang tanggapan infeksi otak
- otot yang kendur
- gangguan pernafasan
- peradangan hati (hepatitis)
- pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah yang menyebar.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut adanya lepuhan berisi cairan.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pembiakan terhadap referensi cairan dari lepuhan.
Virus juga sanggup ditemukan dalam air kemih, lendir dari kelopak mata atau hidung, carah atau cairan serebrospinal.

PENGOBATAN
Obat anti-virus asiklovir diberikan melalui infus.
Infeksi mata juga diobati dengan tetes mata atau salep trifluridin dan salep idoksuridin.

PROGNOSIS

Tanpa pengobatan, 85% bayi dengan penyakit yang menyebar akan meninggal.
Jika penyakitnya terbatas pada kulit, mata dan mulut, jarang terjadi kematian; tetapi 30% diantaranya mengalami kerusakan otak atau saraf yang gres muncul pada ketika usia anak mencapai 2-3 tahun
 
 

Panensefalitis Sklerotik Subakut

Panensefalitis sklerotik subakut cenderung terjadi beberapa tahun setelah menderita campak, meskipun pemulihan campak sepertinya normal.
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada pria, dan lebih sering ditemukan pada belum dewasa dan remaja.

GEJALA
Gejala awalnya bisa berupa:
- Prestasi yang buruk di sekolah
- Pelupa
- Emosinya meledak-ledak
- Perhatiannya gampang dialihkan
- Sukar tidur
- Halusinasi.

Kejang timbul sebagai kedutan otot lengan, kepala maupun seluruh tubuh.
Tingkat kecerdasannya terus menurun dan kemampuan berbahasanya juga berubah.
Otot-ototnya menjadi kaku sehingga terjadi gangguan menelan. Bisa terjadi kebutaan.
Pada stadium akhir, suhu tubuhnya meningkat dan tekanan darah serta denyut nadinya menjadi abnormal.

Gejala lainnya yang bisa terjadi:
- Perubahan perilaku
- Perilaku yang aneh
- Demensia (kemunduran mental)
- Langkah kakinya goyah
- Koma
- Kaku atau lemas.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan diperkuat oleh:
- Pemeriksan darah yang memperlihatkan tingginya kadar antibodi terhadap virus campak
- Elektro ensefalogram
- MRI atau CT scan otak
- Imunoelektroforesa cairan serebrospinal.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk panensefalitis sklerotik akut. Tidak ada yang sanggup dilakukan untuk menghentikan progresifitas penyakit ini.
Untuk mengurangi atau mengendalikan kejang, bisa diberikan obat anti kejang.

Setelah 1-3 tahun, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal.
Penyebab final hayat ialah pneumonia, yang timbul tanggapan kelemahan dan kontrol otot yang abnormal. 
 
 
 
 

Panensefalitis Rubella Progresif

Panensefalitis Rubella Progresif ialah suatu kelainan otak progresif yang sangat jarang terjadi, yang ditemukan pada belum dewasa dengan kelainan bawaan lantaran ketika masih berada dalam kandungan, ibunya menderita rubella (campak Jerman).

PENYEBAB
Penyebabnya ialah virus campak Jerman.

Ibu hamil yang menderita rubella pada trimester pertama bisa melahirkan bayi yang mempunyai kelainan bawaan, mirip tuli, katarak, mikrosefalus (kepala berukuran kecil) dan keterbelakangan mental.
Selain itu, virus juga bisa hingga ke otak dan tetap berada di dalam otak dalam keadaan tidak aktif. Pada ketika usia anak bertambah (terutama pada awal masa remaja), tanpa alasan tertentu, virus bisa kembali aktif dan mengakibatkan panensefalitis rubella progresif.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Kelemahan otot yang semakin memburuk
- Koordinasi yang buruk
- Kemunduran mental
- Kejang.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil investigasi berikut:
- Pemeriksaan darah memperlihatkan tingginya kadar antibodi terhadap rubella
- MRI atau CT scan otak.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk panensefalitis rubella progresif.
Untuk mengurangi atau meringankan kejang bisa diberikan obat anti kejang. 
 
 
 

Roseola Infantum

Roseola Infantum ialah suatu penyakit virus menular pada bayi atau belum dewasa yang sangat muda, yang mengakibatkan ruam dan demam tinggi.

Roseola biasanya menyerang anak yang berumur 6 bulan - 3 tahun.

PENYEBAB
Penyebabnya ialah virus herpes tipe 6 dan 7.
Virus disebarkan melalui percikan ludah penderita.

Masa inkubasi (masa dari mulai terinfeksi hingga timbulnya gejala) ialah sekitar 5-15 hari.
Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.

GEJALA
Demam timbul secara tiba-tiba, mencapai 39,4-40,6? Celsius dan berlangsung selama 3-5 hari. Meskipun demam tinggi, tetapi anak tetap sadar dan aktif.
Pada ketika suhu tubuh mulai tinggi, 5-10% penderita mengalami kejang demam (kejang tanggapan demam tinggi).

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di belakang kepala, leher sebelah samping dan di belakang telinga.
Limpa juga agak membesar.
Pada hari keempat, demam biasanya mulai turun.

Sekitar 30% anak mempunyai ruam (kemerahan di kulit), yang mendatar maupun menonjol, terutama di dada dan perut dan kadang menyebar ke wajah, lengan dan tungkai.
Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan berlangsung selama beberapa jam hingga 2 hari.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil investigasi fisik.

PENGOBATAN
Untuk menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen. Kepada belum dewasa dilarang diberikan aspirin lantaran bisa mengakibatkan sindroma Reye.
Sebaiknya anak dikompres dengan memakai handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku). Jangan memakai es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.

Usahakan biar anak minum banyak air putih atau potongan-potongan es batu, larutan elektrolit atau kaldu.
Selama demam, sebaiknya anak menjalani tirah baring
 
 
 

Eritema Infeksiosa

Eritema Infeksiosa (5th Disease) ialah suatu infeksi virus menular yang ditandai dengan tanda-tanda yang ringan serta bintik-bintik atau ruam kemerahan, yang mulai timbul di pipi kemudian menyebar ke lengan/tungkai.

PENYEBAB
Penyakit ini disebabkan oleh HPV B19 (human parvo virus).
Infeksi ini ditularkan melalui percikan ludah penderita. Infeksi juga bisa ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya, dan kemungkinan mengakibatkan lahir mati, anemia atau edema pada janin.

Penyakit ini biasanya berlangsung selama 5 hari, tetapi ruamnya bisa kambuh lagi dalam beberapa ahad dan biasanya kekambuhan ini disebabkan oleh pemaparan sinar matahari, panas, olah raga, demam maupun stres emosional.

GEJALA
Eritema infeksiosa biasanya berawal sebagai kemerahan di pipi (seperti bekas tamparan). Kemudian akan timbul ruam di lengan, tungkai dan batang tubuh.
Bagian tengah dari ruam ini warnanya lebih pucat (memudar).
Ruam biasanya berlangsung selama 1-2 ahad dan jarang disertai demam.

Kadang timbul sakit kepala dan nyeri sendi (arthralgia) yang sifatnya ringan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan ruamnya yang khas.
Kadang dilakukan pengukuran titer antibodi untuk HPV B19.

PENGOBATAN
Biasanya tidak perlu diberikan pengobatan khusus untuk eritema infeksiosa.
Jika timbul demam atau nyeri sendi bisa diberikan asetaminofen. 
 
 
 

Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan

Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan (Infeksi RSV) ialah suatu infeksi virus menular yang menyerang paru-paru.

Angka insiden infeksi RSV tertinggi ditemukan pada bayi berumur 2-6 bulan.
Biasanya penyakit ini berlangsung selama 7-14 hari, tetapi beberapa kasus ada yang berlangsung hingga 3 minggu.

Pada final infeksi RSV, tubuh membentuk kekebalan terhadap virus, tetapi kekebalan tersebut tidak pernah lengkap. Infeksi kembali terjadi, tetapi biasanya tidak seberat infeksi sebelumnya.

PENYEBAB
Penyebabnya ialah RSV (respiratory syncytial virus). RSV ialah virus yang mengakibatkan infeksi pada paru-paru dan kanal pernafasan.
RSV gampang ditularkan melalui kontak fisik; menyentuh, mencium dan berjabatan tangan dengan penderita bisa menularkan infeksi RSV.
Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah atau benda-benda yang tercemar oleh ludah penderita, dan sanggup masuk ke dalam tubuh melalui mata maupun hidung. Di tangan, RSV bisa hidup selama setengah jam atau lebih. Virus juga bisa hidup selama beberapa jam pada tisu bekas.
Penularan tertinggi terjadi pada hari ke 2-4, tetapi partikel-partikel virusnya bisa terus menyebar hingga 2 ahad setelah hidung mulai mampet.

Pada bayi dan belum dewasa yang masih sangat muda, RSV bisa mengakibatkan pneumonia, bronkiolitis dan trakeobronkitis.
Pada orang sampaumur dan belum dewasa yang lebih besar, RSV biasanya mengakibatkan infeksi kanal pernafasan yang ringan.

Resiko terjadinya infeksi RSV ditemukan pada bayi yang:
- Lahir prematur
- Menderita penyakit paru menahun
- Menderita gangguan sistem kekebalan
- Menderita penyakit jantung tertentu
- Menghirup asap rokok
- Tinggal di lingkungan yang sesak
- Kakaknya sudah bersekolah.

GEJALA
Pada anak yang berumur kurang dari 3 tahun, RSV bisa mengakibatkan infeksi kanal pernafasan serpihan bawah mirip bronkiolitis atau pneumonia, dan pada kasus yang lebih berat bisa terjadi kegagalan pernafasan.
Gejalanya mulai timbul dalam waktu 2-8 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- hidung meler
- nyeri tenggorokan
- wheezing (bunyi nafas mengi)
- batuk berat
- demam tinggi
- takipneu (pernafasan yang cepat)
- sesak nafas
- sianosis (kulit tampak biru lantaran kekurangan oksigen)
- retraksi otot pada sela iga (karena anak berusaha keras untuk menarik nafas).

Pada belum dewasa yang lebih besar dan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih ringan, mungkin mirip influenza (hidung meler atau hidung tersumbat, nyeri tenggorokan, sakit kepala ringan, batuk ringan, demam rendah dan merasa tidak yummy badan) atau sama sekali tidak menimbulkan gejala.
Pada anak yang sebelumnya pernah menderita infeksi RSV, gejalanya juga cenderung lebih ringan.

RSV bisa mengakibatkan infeksi ulang pada anak yang sama, biasanya berupa tanda-tanda flu sedang hingga berat.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil investigasi fisik.
Pada investigasi dengan stetoskop, akan terdengar wheezing maupun suara gila paru-paru lainnya.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Rontgen dada (bisa memperlihatkan pneumonia atau bronkiolitis)
# Serologi RSV
# Analis gas darah arteri.

PENGOBATAN
Anak sebaiknya minum banyak cairan (baik air putih maupun jus buah) biar lendir hidung lebih encer dan gampang dikeluarkan.
Untuk mengencerkan lendir hidung, kalau perlu, bisa dipakai tetes hidung yang mengandung larutan garam.

Untuk menurunkan demam sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan memperlihatkan aspirin kepada belum dewasa lantaran mempunyai resiko terjadinya sindroma Reye.

Infeksi RSV tidak diobati dengan antibiotik, lantaran antibiotik tidak sanggup melawan virus. Jika terjadi pneumonia berat, kadang diberikan obat anti-virus ribavirin.
Bayi yang menderita pneumonia berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit guna mendapatkan terapi pernafasan khusus, mirip oksigen yang lembab dan obat-obatan untuk membuka kanal pernafasan.

PENCEGAHAN
Cara yang paling sederhana untuk membantu mencegah terjadinya infeksi RSV ialah mencuci tangan sesering mungkin, terutama sebelum merawat bayi.
Beberapa tindakan berikut bisa membantu melindungi bayi dari infeksi RSV:
# Cuci tangan dengan sabun dan air hangat setiap kali sebelum merawat bayi
# Penderita pilek atau selesma sebaiknya tidak berada erat bayi atau kalau terpaksa, gunakan masker
# Mencium bayi sanggup menularkan infeksi RSV
# Anak-anak sangat sering menderita infeksi RSV dan infeksi ini gampang menular diantara anak-anak, lantaran itu jauhkan mereka dari adiknya yang masih bayi
# Jangan merokok di erat bayi lantaran asapnya mengakibatkan meningkatnya resiko infeksi RSV.

Tindakan pencegahan terhadap infeksi RSV, yaitu immunoglobulin RSV dan palvizumab. Kedua materi tersebut terbukti sanggup mencegah terjadinya infeksi RSV pada anak yang berumur kurang dari 24 bulan.
Immunoglobulin RSV diberikan 1 kali/bulan melalui infus, palvizumab diberikan 1 kali/bulan melalui suntikan. 
 
 
 

Infeksi Sistem Saraf Pusat

Infeksi sistem saraf sentra teramat gawat. Meningitis menghipnotis selaput yang melindungi otak dan spinal cord. Encephalitis menghipnotis otak sendiri.

Virus yang menulari sistem saraf sentra (otak dan spinal cord) termasuk virus herpes, virus arbo, coxsackie virus, echo virus, dan entero virus. Beberapa infeksi ini menghipnotis terutama meninges (jaringan yang menutupi otak dan spinal cord) dan menghasilkan radang selaput/meningitis. Yang lain menghipnotis terutama otak dan mengakibatkan radang otak. Infeksi yang menghipnotis baik meninges maupun otak menimbulkan meningoencephalitis. Radang selaput jauh lebih sering terjadi pada anak daripada radang otak.

Virus menghipnotis sistem saraf sentra dengan dua cara. Mereka secara pribadi menginfeksi dan menghancurkan sel di sistem saraf sentra selama sakit yang akut. Sesudah sembuh dari infeksi - di sistem saraf sentra atau di tempat lain pada tubuh - respon kekebalan tubuh atas infeksi adakala mengakibatkan kerusakan sekunder pada sel di sekitar syaraf. Kerusakan sekunder ini (pasca-infeksi encephalomyelitis atau penyebaran encephalomyelitis akut) mengakibatkan anak mempunyai tanda-tanda beberapa ahad setelah kesembuhan dari sakit yang akut.

Anak memperoleh infeksi sistem saraf sentra lewat aneka macam rute. Bayi gres lahir bisa terinfeksi herpesvirus lewat kontak dengan secret yang tertular di liang kelahiran. Infeksi virus lain diperoleh dari udara pernafasan yang tercemar dengan virus berisi droplets yang dikeluarkan oleh napas orang terinfeksi. Infeksi Arbovirus diperoleh dari gigitan oleh serangga terinfeksi.

Gejala dan pengobatan radang selaput dan radang otak virus pada anak dan remaja sama dengan pada orang dewasa. Karena sistem kekebalan tubuh masih berkembang pada bayi gres lahir dan bayi, infeksi berbeda bisa terjadi, dan ketidakmampuan bayi untuk menceritakan secara pribadi mempersulit untuk mengerti tanda-tanda mereka. Namun demikian, biasanya bayi dengan infeksi sistem saraf sentra mengakibatkan beberapa tanda-tanda digambarkan di bawah ini.

GEJALA

Infeksi sistem saraf sentra virus di bayi gres lahir dan bayi biasanya mulai dengan demam. Bayi gres lahir mungkin tidak mempunyai tanda-tanda lain dan pada awalnya mungkin tidak kelihatan sakit. Bayi usia lebih dari sebulan biasanya menjadi cepat-marah dan rewel dan menolak untuk makan. Muntah sering terjadi. Kadang-kadang ada area kecil di atas kepala bayi gres lahir (fontanelle) yang menonjol, memperlihatkan pertambahan tekanan pada otak. Karena gangguan meninges diperburuk oleh gerak-gerik, seorang bayi dengan radang selaput mungkin menangis lebih sering, daripada menjadi tenang, kalau diambil dan digoncangkan. Beberapa bayi menciptakan jeritan yang tinggi yang aneh. Bayi dengan radang otak sering mengalami pingsan atau melaksanakan gerakan aneh. Bayi dengan radang otak ahli mungkin menjadi lesu dan koma kemudian meninggal. Infeksi dengan herpes virus simpleks, yang sering dipusatkan hanya satu serpihan otak, mungkin mengakibatkan pingsan atau kelemahan muncul hanya satu serpihan badan.

Post- Infectious encephalomyelitis mungkin menghasilkan banyak duduk kasus neurologic, bergantung pada serpihan otak yang rusak. Anak mungkin mempunyai kelemahan pada lengan atau kaki, kehilangan pandangan atau mendengar, keterbelakangan mental, atau pingsan berulang. Gejala ini mungkin tidak positif hingga anak cukup renta untuk duduk kasus untuk muncul selama pemeriksaan. Sering kali tanda-tanda hilang dengan berjalannya waktu, tetapi adakala permanen.

DIAGNOSA

Dokter mencermati wacana radang selaput atau radang otak pada setiap bayi gres lahir yang mengalami demam, mirip pada bayi yang lebih renta yang mengalami demam dan cepat-marah atau bertingkah tidak mirip biasanya. Bayi menjalani ketukan tulang belakang (lumbar menusuk untuk mendapatkan cairan cerebrospinal (CSF) untuk analisa laboratorium. Pada infeksi virus, jumlah lymphocytes (sejenis sel darah putih) bertambah di CSF, dan tak ada basil terlihat. Tes Immunologic yang mendeteksi antibodi melawan virus pada sampel CSF mungkin dilakukan, tetapi tes ini memakan waktu berhari-hari untuk selesai. Teknik reaksi Polymerase berantai (PCR) dipakai untuk mengenali jasad mirip herpesvirus dan enterovirus.

Tes gelombang otak (electroencephalogram bisa dipakai untuk menolong mendiagnosa radang otak yang disebabkan oleh herpesvirus. Magnetic resonance imaging (MRI) dan computerized tomography (CT) mungkin membantu menetapkan diagnosa. Sangat jarang, biopsi (pengambilan jaringan sampel untuk pemeriksaan) jaringan otak diharapkan untuk menetapkan apakah herpesvirus ialah penyebabnya.

PENGOBATAN

Prognosis sangat bervariasi tergantung jenis infeksi. Beberapa tipe radang selaput dan radang otak virus ringan, dan anak sembuh dengan cepat dan benar-benar sembuh. Tipe lain ialah parah. Infeksi oleh herpes virus simpleks benar-benar serius. Dengan pengobatan pun, 15% bayi gres lahir dengan infeksi herpes simpleks pada otak meninggal. Jika infeksi herpes melibatkan serpihan tubuh lain mirip otak, final hayat mencapai 50%. Hampir 30% dari orang yang selamat mempunyai satu macam cacat permanen neurologik.

Kebanyakan bayi hanya memerlukan perawatan pendukung - mereka perlu dijaga supaya tetap hangat dan diberi banyak cairan. Obat Antiviral tidak efektif untuk kebanyakan infeksi sistem saraf pusat. Tetapi, infeksi yang disebabkan oleh herpes virus simpleks bisa diobati dengan acyclovir yang diberikan dengan infus. 
 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Jerawat Virus"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel