Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan Resiko Tinggi yaitu suatu kehamilan yang mempunyai resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau simpulan hidup sebelum maupun setelah persalinan.
Untuk memilih suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan evaluasi terhadap perempuan hamil untuk memilih apakah ia mempunyai keadaan atau ciri-ciri yang menimbulkan ia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau simpulan hidup (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko).
Faktor resiko dapat memperlihatkan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resik
FAKTOR RESIKO SEBELUM KEHAMILAN
Sebelum hamil, seorang perempuan dapat mempunyai suatu keadaan yang menimbulkan meningkatnya resiko selama kehamilan.
Selain itu, jikalau seorang perempuan mengalami duduk masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan tiba yaitu lebih besar.
Karakteristik ibu
Usia perempuan mensugesti resiko kehamilan.
Untuk memilih suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan evaluasi terhadap perempuan hamil untuk memilih apakah ia mempunyai keadaan atau ciri-ciri yang menimbulkan ia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau simpulan hidup (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko).
Faktor resiko dapat memperlihatkan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resik
FAKTOR RESIKO SEBELUM KEHAMILAN
Sebelum hamil, seorang perempuan dapat mempunyai suatu keadaan yang menimbulkan meningkatnya resiko selama kehamilan.
Selain itu, jikalau seorang perempuan mengalami duduk masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan tiba yaitu lebih besar.
Karakteristik ibu
Usia perempuan mensugesti resiko kehamilan.
Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akhir pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat tubuh rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko mempunyai bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada perempuan hamil yang berusia diatas 35 tahun dapat dilakukan investigasi cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Seorang perempuan yang pada dikala tidak hamil mempunyai berat tubuh kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat tubuh selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat hingga 30%.
Sebaliknya, seorang perempuan gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menimbulkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Seorang perempuan yang mempunyai tinggi tubuh kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin mempunyai panggul yang sempit. Selain itu, perempuan tersebut juga mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
Peristiwa pada kehamilan yang lalu
Seorang perempuan yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, mempunyai resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.
Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada perempuan yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 ahad atau pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang perempuan yang pernah mengalami keguguran menjalani investigasi untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau simpulan hidup bayi gres lahir dapat terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang perempuan yang pernah melahirkan bayi prematur, mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang perempuan yang pernah melahirkan bayi dengan berat tubuh kurang dari 1,5 kg, mempunyai resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang perempuan pernah melahirkan bayi dengan berat tubuh lebih dari 5 kg, mungkin ia menderita diabetes.
Jika selama kehamilan seorang perempuan menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko simpulan hidup ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakuka pada perempuan hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.
Seorang perempuan yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
- kontraksi yang lemah pada dikala persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- persalinan yang cepat, yang dapat menimbulkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
- plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang perempuan pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya mempunyai resiko menderita penyakit yang sama.
Penyakit ini terjadi jikalau darah ibu mempunyai Rh-negatif, darah janin mempunyai Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menimbulkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada masalah menyerupai ini, dilakukan investigasi darah pada ibu dan ayah. Jika ayah mempunyai 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan mempunyai Rh-positif; jikalau ayah hanya mempunyai 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk mempunyai Rh-positif yaitu sebesar 50%.
Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menjadikan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menimbulkan tubuh ibu membentuk antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang mempunyai Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang perempuan yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jikalau diluar kehamilan ia menderita tekanan darah tinggi menahun.
Jika seorang perempuan pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.
Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi perempuan (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) dapat meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, dapat dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.
Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim dapat meningkatkan resiko terjadinya:
- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang.
Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada perempuan hamil dapat membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah.
Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menimbulkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. Kecenderungan mempunyai anak kembar juga sifatnya diturunkan.
FAKTOR RESIKO SELAMA KEHAMILAN
Seorang perempuan hamil dengan resiko rendah dapat mengalami suatu perubahan yang menimbulkan bertambahnya resiko yang dimilikinya.
Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang dapat menimbulkan cacat bawaan), menyerupai radiasi, materi kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau ia bias mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berafiliasi dengan kehamilan.
Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang diketahui dapat menimbulkan cacat bawaan jikalau diminum selama hamil adalah:
- Alkohol
- Phenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin.
Infeksi yang dapat menimbulkan cacat bawaan adalah:
- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% perempuan yang berhenti merokok selama hamil.
Efek yang paling sering terjadi akhir merokok selama hamil yaitu berat tubuh bayi yang rendah. Selain itu, perempuan hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- abses rahim.
Seorang perempuan hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain lantaran dapat memperlihatkan pengaruh yang sama terhadap janinnya.
Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga dapat menimbulkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma simpulan hidup bayi mendadak.
Selain itu, bawah umur yang dilahirkan oleh ibu perokok dapat mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menimbulkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menimbulkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama hamil dapat menimbulkan cacat bawaan.
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akhir utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau setelah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku.
Sindroma alkohol pada janin seringkali menimbulkan keterbelakangan mental.
Selain itu, alkohol juga dapat menimbulkan keguguran dan gangguan sikap yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya sikap antisosial dan kurang memperhatikan).
Resiko terjadinya keguguran pada perempuan hamil yang mengkonsumsi alkohol yaitu 2 kali lipat, terutama jikalau perempuan tersebut yaitu peminum berat.
Berat tubuh bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
Suatu investigasi laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, dapat dipakai untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada perempuan hamil.
Wanita yang memakai obat suntik mempunyai resiko tinggi terhadap:
- Anemia
- Bakteremia
- Endokarditis
- Abses kulit
- Hepatitis
- Flebitis
- Pneumonia
- Tetanus
- Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya yaitu pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga mempunyai resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka dapat lahir prematur.
Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menimbulkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut dapat menimbulkan berkurangnya anutan darah sehingga kadang janin tidak mendapat oksigen yang cukup.
Berkurangnya anutan darah dan oksigen dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan aneka macam organ dan biasanya menimbulkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang perempuan hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akhir pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi simpulan hidup dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari perempuan pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
Jika pemakaian kokain dilarang setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.
Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada perempuan hamil dapat disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain.
Tekanan darah tinggi di simpulan kehamilan dapat merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.
Jika seorang perempuan hamil pernah menderita abses kandung kemih, maka dilakukan investigasi air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah abses ginjal yang dapat menimbulkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi vagina oleh basil selama hamil juga dapat menimbulkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menimbulkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada trimester pertama menimbulkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
Demam pada trimester terakhir menimbulkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
Komplikasi kehamilan
1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya dapat mempunyai jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering terjadi yaitu inkompatibilitas Rh, yang dapat menimbulkan penyakit hemolitik pada bayi gres lahir.
Penyakit hemolitik dapat terjadi jikalau ibu mempunyai Rh-negatif, ayah mempunyai Rh-positif, janin mempunyai Rh-positif dan tubuh ibu menciptakan antibodi untuk melawan darah janin.
Jika seorang ibu hamil mempunyai Rh-negatif, maka dilakukan investigasi antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
- setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
- setelah investigasi amniosentesis
- dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada dikala ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
2. Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- Kelainan letak plasenta
- Pelepasan plasenta sebelum waktunya
- Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga mempunyai resiko terjadinya simpulan hidup bayi, perdarahan ahli dan simpulan hidup ibu pada dikala persalinan.
Untuk memilih penyebab terjadinya perdarahan dapat dilakukan investigasi USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menimbulkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini dapat menimbulkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenerung terjadi pada:
- ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
- kehamilan ganda
- inkompatibilitas Rh
- bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
- bayi yang mempunyai cacat bawaan pada saluran kemih
- bayi yang mengalami kendala pertumbuhan
- bayi yang meninggal di dalam kandungan.
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu mempunyai kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
- ibu menderita tekanan darah tinggi
- air ketuban terlalu banyak
- ibu menderita pneumonia, abses ginjal atau apendisitis.
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga dapat menimbulkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada dikala persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut hingga lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya simpulan hidup bayi yaitu 3 kali lebih besar.
Penilaian kehamilan resiko tinggi
Nilai 10 atau lebih memperlihatkan resiko tinggi.
Faktor Resiko dan Skor
SEBELUM KEHAMILAN
Karakteristik ibu
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang : 5
Berat tubuh kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg : 5
Peristiwa pada kehamilan yg lalu
Kematian dalam kandungan : 10
Kematian bayi gres lahir : 10
Bayi prematur : 10
Kecil untuk masa kehamilan : 10
Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik : 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) : 10
Keguguran berulang : 5
Bayi besar (lebih dari 5 kg) : 5
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih : 5
Riwayat eklamsi : 5
Operasi sesar : 5
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu : 5
Riwayat pre-eklamsi : 1
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya : 1
Kematian bayi gres lahir : 10
Bayi prematur : 10
Kecil untuk masa kehamilan : 10
Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik : 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) : 10
Keguguran berulang : 5
Bayi besar (lebih dari 5 kg) : 5
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih : 5
Riwayat eklamsi : 5
Operasi sesar : 5
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu : 5
Riwayat pre-eklamsi : 1
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya : 1
Kelainan struktur
Rahim ganda : 10
Kelemahan pada leher rahim : 10
Panggul sempit : 5
Keadaan medis
Tekanan darah tinggi menahun : 10
Penyakit ginjal sedang hingga berat : 10
Penyakit jantung berat : 10
Diabetes yg tergantung kepada insulin : 10
Penyakit sel sabit : 10
Hasil Pap smear yg abnormal : 10
Penyakit jantung sedang : 5
Penyakit tiroid : 5
Riwayat tuberkulosis : 5
Penyakit paru-paru (misalnya asma) : 5
Hasil investigasi darah yg konkret untuk sifilis atau HIV : 5
Riwayat abses kandung kemih : 1
Riwayat keluarga yg menderita diabetes : 1
SELAMA KEHAMILAN
Obat-obatan & infeksi
Pemakaian obat atau alkohol : 5
Penyakit virus (misalnya campak Jerman) : 5
Influenza berat : 5
Merokok : 1
Komplikasi medis
Pre-eklamsi sedang hingga berat : 10
Pre-eklamsi ringan : 5
Infeksi ginjal : 5
Diabetes gestsional : 5
Anemia berat : 10
Infeksi kandung kemih : 1
Anemia ringan : 1
Komplikasi kehamilan pada ibu
Plasenta previa : 10
Pelepasan plasenta prematur : 10
Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak : 10
Infeksi plasenta : 10
Robekan pada rahim : 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 ahad atau terlambat lebih dari 2 minggu) : 10
Sensitisasi Rh pada darah janin : 5
Bercak perdarahan : 5
Persalinan prematur : 5
Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan : 5
Leher rahim berhenti melebar : 5
Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam : 5
Mengedan lebih dari 2 jam : 5
Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) :5
Operasi sesar : 5
Induksi persalinan lantaran alasan medis : 5
Induksi persalinan : 1
Komplikasi kehamilan pada bayi
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) : 10
Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) : 10
Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya 10
Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) : 10
Denyut jantung lambat atau sangat cepat : 10
Prolapsus tali sentra : 10
Berat tubuh kurang dari 2,75 kg :10
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) :5
Persalinan dengan dukungan forseps atau ekstraksi vakum :5
Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian :5
Pembiusan total pada ibu selama persalinan : 5
Bayi kecil
# Bayi prematur yaitu bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
# Bayi lahir dengan berat tubuh rendah yaitu bayi yang pada dikala dilahirkan mempunyai berat tubuh 2,75 kg atau kurang
# Kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang berat badannya lebih kecil jikalau dibandingkan dengan usia kehamilan
# Bayi yang pertumbuhannya terhambat yaitu bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi badan) di dalam rahim terhambat.
0 Response to "Kehamilan Resiko Tinggi"
Post a Comment