Bahaya Kelebihan Dosis Parasetamol (Kerusakan Hati, Asma, Stroke dll)
Secara umum, ibarat yang telah diketahui banyak orang bahwa Parasetamol berguna untuk meredakan bahkan menghilangkan rasa sakit.
Parasetamol merupakan jenis obat analgesik yang populer digunakan untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan (seperti sakit kepala ringan).
Dari sebuah sumber menyatakan bahwa sekitar seperempat orang berilmu balig cukup akal menyalahgunakan penggunaan obat parasetamol dengan mengkonsumsi lebih melewati ambang batas (overdosis parasetamol)
Sehingga hal tersebut membuat para ilmuwan berusaha meneliti dampak dari overdosis parasetamol, dan kemudian memperingatkan risiko kelebihan dosis parasetamol tersebut.
Dosis maksimal dari mengkonsumsi parasetamol yakni 8 tablet 500 mg dalam sehari. Dan maksimal hanya diperbolehkan dua tablet saja untuk sekali minum dalam setiap empat jam.
Bahaya kelebihan dosis parasetamol
Parasetamol memang sangat diharapkan dalan kondisi tertentu, tetapi bukan berarti parasetamol boleh digunakan dengan seenaknya, yang melebihi dosis alasannya yakni sangat berbahaya untuk kesehatan, berikut pembahasannya di bawah ini.
Dapat menyebabkan kerusakan hati
Selama bertahun-tahun konsumen merasa aman dalam menggunakan parasetamol sebagai obat pereda sakit.
Parasetamol berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam asetilsalisilat), dimana parasetamol tidak menyebabkan peradangan, alasannya yakni itulah obat parasetamol sering dianggap aman.
Tetapi faktanya, studi yang dilakukan setelahnya, menemukan hasil bahwa parasetamol dalam dosis tinggi mampu menyebabkan kerusakan liver, bahkan kematian.
Berdasarkan penelitani dari Northwestern University di Chigago (Amerika Serikat), mereka mengungkapkan bahwa overdosis dari parasetamol ini dapat menyebabkan kerusakan hati akut.
Sehingga tanggapan dari overdosis parasetamol ini dapat menyebabkan gagal hati alasannya yakni terjadi penumpukan cairan (racun) di otak.
Akibat yang ditimbulkan ini dari kelebihan dosis parasetamol tersebut sangat fatal, kita harus memperhatikan baik-baik jumlah parasetamol yang dikonsumsi.
Jangan hingga melewati ambang batas. Termasuk parasetamol tidak boleh dikonsumsi dalam jangka panjang alasannya yakni juga dapat merusak hati.
Risiko dari kerusakan hati ini dapat lebih parah apabila pasien juga meminum alkohol.
Akibat yang paling parah yaitu mengkonsumsi parasetamol yang melewati ambang batas dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kematian.
Dalam penggunaan parasetamol, informasikan ke dokter jikalau mempunyai riwayat penyakit kronis ibarat penyakit hati, ketergantungan alkohol dll. Paracetmol bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol, dapat mempercepat terjadinya kerusakan hati.
Resiko tinggi asma, sakit tenggorokan, eksim dll
Seperti yang ditulis di jurnal Lancet bahwa penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping.
Pada dua penelitian yang dilakukan, menemukan hasil bahwa penggunaan parasetamol dalam intensitas tinggi dan sering, dapat meningkatkan resiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia sekitar 7 tahun.
Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan bahwa dari 205.000 anak yang menggunakan parasetamol sebelum umur 1 tahun, menjadikan meningkatkan risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan anak yang tidak mengonsumsinya (Sunanda, 2010).
Peneliti menjelaskan korelasi antara parasetamol dengan asma yakni antioksidan. Dimana eksistensi kandungan parasetamol di dalam badan menjadikan menurunnya kadar antioksidan di dalam tubuh.
Padahal, zat antioksidan diprlukan badan untuk melawan radikal bebas yang menyerang tubuh, serta mencegah kerusakannya.
Selain itu, penggunaan parasetamol mampu meningkatkan resiko eksim, sakit tenggorokan, sering bersin, dan suara napas sengau, ketika anak berusia 6 atau 7 tahun (Hasibuan, 2009).
Sehingga para peneliti mendukung aliran yang diberikan oleh WHO, yang menyatakan bahwa parasetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Serta parasetamol hanya digunakan untuk anak ketika memang mengalami demam yang tinggi (38,5 derajat Celcius keatas).
Gejala lainnya yang ditimbulkan dari ancaman kelebihan dosis paracetamol yaitu rasa mual hingga mampu menjadikan muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni menjadi pekat (seperti warna teh), nyeri di perut adegan kanan atas, serta badan mudah merasa lelah dan lemas.
Parasetamol aman digunakan, dengan syarat...
Sebenarnya Parasetamol cukup aman digunakan, apabila sesuai dengan petunjuk dan batas maksimal konsumsi (dari rekomendasi dokter).
Walaupun ada beberapa efek samping yang dapat terjadi kepada pengguna parasetamol, ibarat adanya rasa demam yang disertai dengan menggigil, sakit pada tenggorokan (padahal sebelum mengkonsumsi parasetamol baik-baik saja), bintik-bintik putih di ekspresi atau bibir, serta gatal pada kulit.
Efek-efek tersebut umumnya jarang terjadi kepada para pengguna Parasetamol. Jika Anda mengalam efek-efek tersebut, maka disarankan untuk segera periksa ke dokter..
Parasetamol merupakan jenis obat analgesik yang populer digunakan untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan (seperti sakit kepala ringan).
Dari sebuah sumber menyatakan bahwa sekitar seperempat orang berilmu balig cukup akal menyalahgunakan penggunaan obat parasetamol dengan mengkonsumsi lebih melewati ambang batas (overdosis parasetamol)
Sehingga hal tersebut membuat para ilmuwan berusaha meneliti dampak dari overdosis parasetamol, dan kemudian memperingatkan risiko kelebihan dosis parasetamol tersebut.
Dosis maksimal dari mengkonsumsi parasetamol yakni 8 tablet 500 mg dalam sehari. Dan maksimal hanya diperbolehkan dua tablet saja untuk sekali minum dalam setiap empat jam.
Bahaya kelebihan dosis parasetamol
Parasetamol memang sangat diharapkan dalan kondisi tertentu, tetapi bukan berarti parasetamol boleh digunakan dengan seenaknya, yang melebihi dosis alasannya yakni sangat berbahaya untuk kesehatan, berikut pembahasannya di bawah ini.
Dapat menyebabkan kerusakan hati
Selama bertahun-tahun konsumen merasa aman dalam menggunakan parasetamol sebagai obat pereda sakit.
Parasetamol berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam asetilsalisilat), dimana parasetamol tidak menyebabkan peradangan, alasannya yakni itulah obat parasetamol sering dianggap aman.
Tetapi faktanya, studi yang dilakukan setelahnya, menemukan hasil bahwa parasetamol dalam dosis tinggi mampu menyebabkan kerusakan liver, bahkan kematian.
Berdasarkan penelitani dari Northwestern University di Chigago (Amerika Serikat), mereka mengungkapkan bahwa overdosis dari parasetamol ini dapat menyebabkan kerusakan hati akut.
Sehingga tanggapan dari overdosis parasetamol ini dapat menyebabkan gagal hati alasannya yakni terjadi penumpukan cairan (racun) di otak.
Akibat yang ditimbulkan ini dari kelebihan dosis parasetamol tersebut sangat fatal, kita harus memperhatikan baik-baik jumlah parasetamol yang dikonsumsi.
Jangan hingga melewati ambang batas. Termasuk parasetamol tidak boleh dikonsumsi dalam jangka panjang alasannya yakni juga dapat merusak hati.
Risiko dari kerusakan hati ini dapat lebih parah apabila pasien juga meminum alkohol.
Akibat yang paling parah yaitu mengkonsumsi parasetamol yang melewati ambang batas dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kematian.
Dalam penggunaan parasetamol, informasikan ke dokter jikalau mempunyai riwayat penyakit kronis ibarat penyakit hati, ketergantungan alkohol dll. Paracetmol bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol, dapat mempercepat terjadinya kerusakan hati.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan peringatan tanggapan banyaknya obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang dijual bebas, yang mengandung parasetamol, alasannya yakni dapat membahayakan (jika dikonsumsi tidak benar) alasannya yakni berpotensi merusak liver (Hasibuan, 2009).
Resiko tinggi asma, sakit tenggorokan, eksim dll
Seperti yang ditulis di jurnal Lancet bahwa penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping.
Pada dua penelitian yang dilakukan, menemukan hasil bahwa penggunaan parasetamol dalam intensitas tinggi dan sering, dapat meningkatkan resiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia sekitar 7 tahun.
Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan bahwa dari 205.000 anak yang menggunakan parasetamol sebelum umur 1 tahun, menjadikan meningkatkan risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan anak yang tidak mengonsumsinya (Sunanda, 2010).
Peneliti menjelaskan korelasi antara parasetamol dengan asma yakni antioksidan. Dimana eksistensi kandungan parasetamol di dalam badan menjadikan menurunnya kadar antioksidan di dalam tubuh.
Padahal, zat antioksidan diprlukan badan untuk melawan radikal bebas yang menyerang tubuh, serta mencegah kerusakannya.
“Parasetamol dapat mengurangi kadar antioksidan dan itu dapat menimbulkan stres pada paru-paru dan menyebabkan asma,” kata Richard Beasley di Medical Research Institute of New Zealand, ibarat dikutip dari Reuters.
Selain itu, penggunaan parasetamol mampu meningkatkan resiko eksim, sakit tenggorokan, sering bersin, dan suara napas sengau, ketika anak berusia 6 atau 7 tahun (Hasibuan, 2009).
Sehingga para peneliti mendukung aliran yang diberikan oleh WHO, yang menyatakan bahwa parasetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Serta parasetamol hanya digunakan untuk anak ketika memang mengalami demam yang tinggi (38,5 derajat Celcius keatas).
Gejala lainnya yang ditimbulkan dari ancaman kelebihan dosis paracetamol yaitu rasa mual hingga mampu menjadikan muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni menjadi pekat (seperti warna teh), nyeri di perut adegan kanan atas, serta badan mudah merasa lelah dan lemas.
Loading...
Serangan jantung dan stroke
Pada sebuah studi dengan perencaan yang besar, memperingatkan bahwa mengkonsumsi paracetamol hampir setiap hari mampu meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga esiko janjkematian dini. Demikian info yang ibarat dilansir dari Dailymail.
Pasien yang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama, hampir 63 persen lebih beresiko meninggal secara tiba-tiba.
Demikian juga, risiko terkena serangan jantung dan stroke naik 68 persen lebih tinggi, serta resiko hampir 50 persen lebih tinggi terkena pendarahan lambung.
Para ilmuwan dari Leeds Institute of Rheumatic and Musculoskeletal Medicine, melaksanakan pengkajian dari delapan studi wacana pasien yang menggunakan parasetamol setiap hari hingga 14 tahun, dalam kondisi terkena arthritis dan nyeri punggung yang serius.
Philip Conaghan, yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa mereka yang menggunakan parasetamol dalam jangka panjang mampu menerima penyakit, yang beresiko membunuh lebih dini.
Berdasarkan info yang dipuublikasian di dalam jurnal Annals of the Rheumatic Diseases, bahwa studi belum dapat untuk mengetahui rata-rata peningkatan risiko serangan jantung dan stroke tanggapan penggunaan parasetamol dalam jangka waktu yang panjang
Pada sebuah studi dengan perencaan yang besar, memperingatkan bahwa mengkonsumsi paracetamol hampir setiap hari mampu meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga esiko janjkematian dini. Demikian info yang ibarat dilansir dari Dailymail.
Pasien yang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama, hampir 63 persen lebih beresiko meninggal secara tiba-tiba.
Demikian juga, risiko terkena serangan jantung dan stroke naik 68 persen lebih tinggi, serta resiko hampir 50 persen lebih tinggi terkena pendarahan lambung.
Para ilmuwan dari Leeds Institute of Rheumatic and Musculoskeletal Medicine, melaksanakan pengkajian dari delapan studi wacana pasien yang menggunakan parasetamol setiap hari hingga 14 tahun, dalam kondisi terkena arthritis dan nyeri punggung yang serius.
Philip Conaghan, yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa mereka yang menggunakan parasetamol dalam jangka panjang mampu menerima penyakit, yang beresiko membunuh lebih dini.
“Saya sedikit khawatir dengan pasien arthritis dan nyeri punggung parah yang harus mengonsumsi parasetamol dosis tinggi, dalam jangka waktu yang lama. Mereka mungkin harus berbicara dengan dokter mereka wacana pengobatan alternatif, ibarat olahraga,” kata Philip Conaghan.
Berdasarkan info yang dipuublikasian di dalam jurnal Annals of the Rheumatic Diseases, bahwa studi belum dapat untuk mengetahui rata-rata peningkatan risiko serangan jantung dan stroke tanggapan penggunaan parasetamol dalam jangka waktu yang panjang
Parasetamol aman digunakan, dengan syarat...
Menurut rekomendasi FDA, dosis aman parasetamol tidak lebih dari 4000 mg dalam jangka 24 jam bagi orang berilmu balig cukup akal dan anak berusia di atas 12 tahun.
Jika tidak ada duduk perkara di organ hati, dosis maksimum parasetamol untuk orang berilmu balig cukup akal yakni 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet parasetamol 500mg.
Jika tidak ada duduk perkara di organ hati, dosis maksimum parasetamol untuk orang berilmu balig cukup akal yakni 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet parasetamol 500mg.
Sebenarnya Parasetamol cukup aman digunakan, apabila sesuai dengan petunjuk dan batas maksimal konsumsi (dari rekomendasi dokter).
Walaupun ada beberapa efek samping yang dapat terjadi kepada pengguna parasetamol, ibarat adanya rasa demam yang disertai dengan menggigil, sakit pada tenggorokan (padahal sebelum mengkonsumsi parasetamol baik-baik saja), bintik-bintik putih di ekspresi atau bibir, serta gatal pada kulit.
Efek-efek tersebut umumnya jarang terjadi kepada para pengguna Parasetamol. Jika Anda mengalam efek-efek tersebut, maka disarankan untuk segera periksa ke dokter..
0 Response to "Bahaya Kelebihan Dosis Parasetamol (Kerusakan Hati, Asma, Stroke dll)"
Post a Comment