Sistem Imunitas

    1. Biologi Sistem Kekebalan
    2. Kekebalan Tubuh Tidak Khusus
    3. Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh
    4. Transplantasi Sel Punca (Stem Cell)
    5. Pencangkokan
Penyakit Autoimun
                    Gangguan Autoimun


Biologi Sistem Kekebalan

Fungsi dari sistem kekebalan yaitu sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing.
Mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ yang dicangkokkan oleh sistem kekebalan dianggap sebagai benda asing yang harus dilawan oleh tubuh.

Sistem kekebalan merupakan suatu sistem yang rumit, tetapi taktik dasarnya sangat sederhana, yaitu mengenali musuh, mengerahkan kekuatan dan menyerang.
Dengan memahami anatomi dan komponen dari sistem kekebalan, akan memudahkan kita dalam memahami cara kerja dari sistem kekebalan.

ANATOMI

Sistem kekebalan mempunyai sistem peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening, yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak.

Pembuluh getah bening mengandung cairan kental (getah bening) yang terdiri dari cairan yang mengandung lemak dan sel-sel darah putih.

Selain pembuluh getah bening terdapat kawasan khusus, yaitu kelenjar getah bening, amandel (tonsil, sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke serpihan yang memerlukannya sebagai serpihan dari respon kekebalan.
Rancangan yang jenius dari sistem ini menjamin ketersediaan dan penyusunan respon kekebalan dengan segera, dimanapun diperlukan.

Kerja sistem ini bisa terlihat bila sebuah luka atau infeksi pada ujung jari mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening di sikut; atau bila terjadi infeksi tenggorokan maka akan ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang. Pembengkakan kelenjar getah bening terjadi lantaran pembuluh getah bening mengeringkan infeksi dengan cara membawanya ke kawasan terdekat dimana respon kekebalan bisa dilaksanakan.
Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh Sistem ImunitasKOMPONEN SISTEM KEKEBALAN

Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut.
Sel-sel utama dari sistem kekebalan yaitu sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit.
Zat-zat yang bisa larut yaitu molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma). Zat-zat terlarut yang utama yaitu antibodi, protein suplemen dan sitokinesis. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya.

Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.

Makrofag

Makrofag yaitu sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya.
Antigen yaitu setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun.

Sitoplasma makrofag mengandung granula yang terdiri dari beberapa materi kimia dan enzim yang terbungkus dalam suatu selaput.
Enzim dan materi kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya.

Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh bekerjasama dengan anutan darah atau dunia luar.
Misalnya makrofag ditemukan di kawasan dimana paru-paru mendapatkan udara dari luar dan sel-sel hati bekerjasama dengan pembuluh darah.

Neutrofil

Neutrofil yaitu sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya.
Neutrofil mempunyai granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya.
Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.

Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di kawasan yang mengalami gangguan.Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.
Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba mengakibatkan pembentukan nanah.

Limfosit

Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil.
Neutrofil mempunyai umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan hingga berpuluh-puluh tahun.

Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:

1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk bila sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T berguru membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T arif balig cukup akal meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai serpihan dari sistem pengawasan kekebalan.
3. Sel-sel pemusnah alami, mempunyai ukuran yang agak lebih besar daripada limfosit T dan B, dinamai sel pemusnah lantaran sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan lantaran mereka siap membunuh sejumlah sel sasaran segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses berguru mirip pada limfosit T dan limfosit B. Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).

Antibodi

Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi.Antibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B. Antibodi juga disebut immunoglobulin.

Setiap molekul antibodi mempunyai suatu serpihan yang unik, yang terikat kepada suatu antigen khusus dan suatu serpihan yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi.
Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh Sistem ImunitasTerdapat 5 kelompok antibodi:

# IgM yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
Contohnya, bila seorang anak mendapatkan vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
# IgG merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya.
Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer.
IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi janin dan bayi gres lahir hingga sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.
# IgA yaitu antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus.
IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada susukan pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
# IgE yaitu antibodi yang mengakibatkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera).
IgE penting dalam melawan infeksi benalu (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
# IgD yaitu antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.

Sitem Komplemen

Sistem suplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya.
Sistem suplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda:

1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun).

Sistem suplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara eksklusif maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.

Sitokinesis

Pada sistem kekebalan, sitokinesis berfungsi sebagai pembawa pesan.
Sitokinesis dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap perangsangan.
Sitokinesis memperkuat (membantu) beberapa aspek sistem kekebalan dan menghalangi (menekan) aspek yang lainnya.

Beberapa sitokinesis bisa diberikan sebagai suntikan untuk mengobati penyakit tertentu.
Contohnya:
- alfa interferon efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya leukemia sel berrambut)
- beta interferon digunakan untuk mengobati sklerosis multipel
- interleukin-2 diberikan kepada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal
- granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil, diberikan kepada penderita kanker yang mempunyai sedikit neutrofil sebagai imbas samping dari kemoterapi.

Kompleks histokompatibiliti mayor

Semua sel mempunyai molekul pada permukaannya, yang khas untuk setiap individu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor.
Melalui molekul ini, tubuh sanggup membedakan mana yang merupakan benda asing, mana yang bukan benda asing.

Terdapat 2 jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor (disebut juga human leukocyte antigens atau HLA):

1. HLA I ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah
2. HLA II hanya ditemukan pada permukaan makrofag serta limfosit T dan limfosit B yang telah dirangsang oleh suatu antigen.

Sel-sel pada sistem kekebalan berguru membedakan benda asing dan bukan benda asing di dalam kelenjar thymus. Pada ketika janin mulai membentuk sistem kekebalan, sel stem berpindah ke kelenjar thymus dan membelah serta bermetamorfosis limfosit T.
Ketika berkembang di dalam kelenjar thymus, setiap limfosit T yang bereaksi terhadap HLA thymus dimusnahkan. Setiap limfosit T yang memerima HLA thymus dan berguru bekerja sama dengan sel-sel yang mencerminkan HLA tubuh akan mengalami pematangan dan meninggalkan thymus.

Hasilnya yaitu limfosit T arif balig cukup akal mendapatkan sel-sel tubuh dan organnya sendiri dan bila harus mempertahankan tubuh, bisa bekerja sama dengan sel-sel tubuh lainnya.
Jika limfosit T tidak sanggup mendapatkan HLAnya sendiri, maka ia akan menyerang tubuhnya sendiri.
Kadang limfosit T kehilangan kemampuannya untuk membedakan benda asing dan bukan benda asing, sehingga terjadi penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sklerosis multipel).


KEKEBALAN & RESPON KEKEBALAN

Sistem kekebalan telah menyebarkan suatu jaringan pengawasan dan keseimbangan yang rumit, yang bisa digolongkan menjadi kekebalan yang dibawa dari lahir dan kekebalan yang dipelajari.

Setiap orang terlahir dengan kekebalan bawaan.
Komponen dari sistem kekebalan yang terlibat dalam kekebalan bawaan yaitu makrofag, neutrofil dan komplemen. Komponen tersebut memperlihatkan reaksi dan pengenalan antigen yang sama terhadap semua benda asing.

Kekebalan yang didapat diperoleh setelah lahir.
Pada ketika lahir, sistem kekebalan seseorang belum bertemu dengan dunia luar atau belum mulai membangun arsip memorinya. Sistem kekebalan berguru untuk menawarkan respon terhadap semua antigen gres yang ditemuinya.
Karena itu, kekebalan yang didapat, sifatnya khusus untuk antigen yang ditemui selama hidup seseorang.
Tanda dari kekebalan spesifik yaitu kemampuan untuk mempelajari, menyesuaikan dan mengingat.

Sistem kekebalan mempunyai suatu rekaman atau ingatan dari setiap antigen yang ditemui; baik melalui pernafasan, kuliner atau kulit.
Hal ini dimungkinkan lantaran limfosit mempunyai umur yang panjang.

Jika bertemu dengan suatu antigen untuk yang kedua kalinya, maka limfosit dengan segera akan menawarkan respon spesifik terhadap antigen tersebut. Dengan adanya respon spesifik ini, maka seseorang tidak akan menderita cacar air atau campak lebih dari 1 kali dan lantaran respon spesifik ini pula maka vaksinasi berhasil mencegah terjadinya penyakit.

Contohnya, untuk mencegah polio diberikan vaksinasi yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. Jika kemudian orang tersebut terpapar oleh virus polio, maka sistem kekebalan akan membuka arsip memorinya, menemukan konsep untuk virus polio dan dengan segera mengaktifkan pertahanan yang sesuai. Hasilnya yaitu pemusnahan virus polio oleh antibodi spesifik yang menetralkan virus sebelum virus mempunyai kesempatan untuk berlipatganda dan memasuki sistem saraf.

Kekebalan bawaan dan kekebalan yang didapat tidak tergantung satu sama lain. Setiap sistem berinteraksi dan menghipnotis yang lainnya, baik secara eksklusif maupun melalui rangsangan sitokinesis.

REAKSI AUTOIMUN

Kadang terjadi kelainan fungsi sistem kekebalan, dimana jaringn tubuh dikenali sebagai benda asing kemudian diserang sehingga terjadi reaksi autoimun.

Reaksi autoimun bisa dipicu oleh beberapa hal:
# Suatu zat di dalam tubuh yang dalam keadaan normal hanya terdapat di suatu kawasan khusus (dan berada diluar jangkauan sistem kekebalan) dilepaskan ke dalam sirkulasi umum.
Misalnya cairan di dalam bola mata dalam keadaan normal hanya terdapat di dalam rongga bola mata. Jika suatu bacokan mengakibatkan terlepasnya cairan ini ke dalam anutan darah, maka sistem kekebalan akan bereaksi melawannya.
# Perubahan pada suatu zat tubuh yang normal.
Misalnya virus, obat-obatan, cahaya matahari atau penyinaran bisa merubah struktur suatu protein sehingga sistem kekebalan mengenalinya sebagai benda asing.
# Sistem kekebalan menawarkan respon terhadap zat asing yang ibarat zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
# Terjadi kelainan fungsi di dalam sel yang mengendalikan pembentukan antibodi.
Misalnya limfosit B yang ganas bisa menghasilkan antibodi absurd yang menyerang sel darah merah.

Akibat dari suatu reaksi autoimun bervariasi:
- Demam
- Kerusakan banyak sekali jaringan, contohnya pembuluh darah, tulang rawan dan kulit
- Kerusakan organ
- Peradangan dan kerusakan jaringan bisa mengakibatkan gagal ginjal, gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung, nyeri, kelainan bentuk, delirium dan kematian.

Sejumlah besar penyakit yang hampir dipastikan merupakan reaksi autoimun adalah:
- Lupus eritematosus sistemik
- Miastenia gravis
- Penyakit Graves
- Tiroiditis Hashimoto
- Pemfigus
- Artritis rematoid
- Skleroderma
- Sindroma Sjorgren
- Anemia pernisiosa.


Kekebalan Tubuh Tidak Khusus

Kekebalan tidak khusus (bawaan) ada ketika lahir. Kekebalan tidak khusus begitu dinamakan lantaran bagiannya mengobati seluruh materi asing dalam banyak cara.

Sel darah putih bekerjasama dalam kekebalan tidak khusus yaitu monosit (yang terbentuk kedalam macrophages), neutrofil, eosinofil, basofil, dan sel pembunuh alami. Setiap jenis mempunyai fungsi yang sedikit berbeda. Sistem pelengkap dan sitokinase tersebut juga berpartisipasi dalam kekebalan tidak khusus.

1. Makrofag

Makrofag terbentuk dari sebuah jenis sel darah putih yang disebut monocytes setelah monocytes bergerak dari anutan darah menuju jaringan-jaringan. Ketika infeksi terjadi, monocytes meninggalkan anutan darah dan bergerak kedalam jaringan-jaringan tersebut. disana, lebih dari satu jangka waktu sekitar 8 jam, monocytes sangat membesar dan menghasilkan butiran didalam dirinya sendiri. Butiran tersebut berisis enzim dan materi lain yang membantu mencerna basil dan sel asing lainnya. Monocytes yang telah membesar dan mengandung butiran tersebut yaitu makrofag. Makrofag tinggal didalam jaringan. Mereka mencerna bakteri, sel asing, dan sel yang rusak dan mati. (proses sel mencerna mikroorganisme, sel lainnya, atau potongan-potongan sel disebut pagositosis, dan sel yang mencerna tersebut disebut pagosit).

2. Neutrofil

Neutrofil mencerna basil dan sel asing lainnya. Neutrofil mengandung butiran yang melepaskan enzim untuk membantu membunuh dan mencerna sel ini. neutrofil beredar didalam anutan darah dan harus diberi tanda untuk meninggalkan anutan darah dan memasuki jaringan. Tanda tersebut seringkali tiba dari basil itu sendiri, dari protein tambahan, atau dari makrofag, semuanya menghasilkan bahan-bahan yang menarik neutrofil menuju kawasan yang bermasalah. (proses penarikan sel disebut kemotaksis).

3. Eosinofil

Eosinofil bisa mencerna basil dan sel asing lain, mengandung butiran yang berisi enzim untuk mencerna basil dan sel yang dicerna, dan beredar di dalam anutan darah. meskipun begitu, mereka kurang aktif melawan basil dibandingkan neutrofil dan makrofag. Fungsi utama mereka kemungkinan untuk melekat dan dengan demikian membantu melumpuhkan dan membunuh parasit. Eosinofil juga berpartisipasi dalam reaksi alergi (seperti asma).

4. Basofil

Basofil tidak sanggup mencerna sel asing. Mereka mengandung butiran yang melepaskan histamin, sebuah materi yang bekerjasama dalam reaksi alergi. Basofil juga menghasilkan bahan-bahan yang menarik neutrofil dan eosinofil menuju kawasan yang bermasalah.

5. Sel Pembunuh Alami

Sel pembunuh alami yaitu limfosit, sebuah jenis pada sel darah putih. Sel pembunuh alami disebut pembunuh ‘alami’ lantaran mereka siap untuk membunuh segera sebagaimana mereka dibentuk. Sel pembunuh alami melekat pada sel asing dan melepaskan enzim dan bahan-bahan lain yang merusak selaput serpihan luar pada sel asing. Sel pembunuh alami membunuh mikroorganisme tertentu, sel kanker, dan sel yang terinfeksi oleh virus. Dengan demikian, sel pembunuh alami seringkali yaitu garis pertama pertahanan tubuh melawan infeksi virus. Juga, sel pembunuh alami menghasilkan sitokinases yang mengatur beberapa fungsi limfosit T, limfosit B, dan makrofags.

6. Sistem Pelengkap p align="justify">Sistem pelengkap tersebut terdiri lebih dari 30 protein yang bertindak berurutan ; salah satu protein mengaktifkan yang lainnya dan sebagainya. Urutan ini disebut cascade pelengkap. Protein pelengkap bisa membunuh basil secara eksklusif atau membantu menghancurkan basil dengan melekat pada mereka, dengan demikian menciptakan basil tersebut lebih gampang neutrofil dan makrofags untuk mengenali dan mencerna. Fungsi lain termasuk penarikan makrofags dan neutrofil menuju kawasan yang bermasalah, mengakibatkan basil untuk berkumpul bersama-sama, dan menetralkan virus. Sistem pelengkap tersebut juga berpartisipasi dalam kekebalan khusus.

7. Sitokinase

Sitokinase yaitu kurir pada ‘sistem kekebalan. Sel darah putih dan sel lain tertentu pada ‘sistem kekebalan menghasilkan sitokinase ketika antigen dideteksi. Terdapat banyak sitokinase yang berbeda. Mereka merangsang sel darah putih tertentu untuk menjadi lebih efektif membunuh dan untuk menarik sel darah putih lainnya menuju kawasan yang bermasalah. Sitokinase lain menghalangi kegiatan, membantu mengakhiri reaksi kekebalan. Beberapa sitokinase, disebut interferon, bekerjasama dengan reproduksi (replication) virus. Sitokinase juga berpartisipasi dalam kekebalan khusus.
 
 
 

Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh berubahi sepanjang hidup. Pada waktu lahir, khususnya imunitas belum sepenuhnya berkembang. Tetapi, bayi bary lahir mempunyai beberapa antibodi, melalui plasenta ibunya selama kehamilan. Antibodi ini melindungi bayi gres lahir melawan infeksi hingga sistem kekebalan tubuh mereka sendiri sepenuhnya berkembang. Pemberian makan bayi gres lahir juga mendapatkan antibodi dari ASI ibunya.

Semakin menuanya seseorang, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efektif. Menjadi kurang sanggup membedakan sel diri sendiri dengan yang bukan. Akibatnya, gangguan autoimun sering terjadi. Makrofagus membunuh bakteri, sel kanker, dan antigen lain lebih lambat. Pelambatan ini sanggup menjadi satu alasannya yaitu bahwa kanker lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua. Sel limfosit T kurang memberi respon terhadap antigen, dan hanya sedikit sel limposit yang sanggup memberi respon terhadap adanya antigen baru. Dengan begitu, bila orang yang sudah renta menemukan antigen baru, tubuh kurang sanggup mengenali dan melawannya.

Orang yang sudah renta mempunyai jumlah protein suplemen yang lebih kecil daripada orang yang lebih muda, terutama sewaktu infeksi bakteri. Banyaknya antibodi menghasilkan respon terhadap antigen dan kemampuan antibodi untuk menyerang antigen berkurang. Perubahan ini sebagian sanggup menjelaskan mengapa radang paru-paru, influensa, infeksi endocarditis, dan tetanus lebih sering pada orang yang sudah renta dan sering mengakibatkan kematian. Juga, vaksin kurang sanggup menghasilkan kekebalan pada orang yang sudah tua.

These changes in immune function may contribute to the greater susceptibility of older people to some infections and cancers. Perubahan pada fungsi kekebalan tubuh sanggup memberi kontribusi dugaan yang lebih besar pada orang yang sudah renta pada beberapa infeksi dan kanker.
 
 

Transplantasi Sel Punca (Stem Cell)

Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh Sistem Imunitas
Sel punca (Stem cell) yaitu sel yang tidak khusus yang berasal dari semua sel yang dikhususkan yang diperoleh. Orang dewasa, sama mirip embrio, mempunyai sel punca. Sel punca untuk jenis sel darah berbeda bisa diperoleh dari sumsum tulang atau, dalam jumlah kecil, berasal dari darah. sel punca diperoleh dari janin yang dianggap terbaik lantaran mereka lebih mungkin untuk bertahan dalam pencangkokan dibading mereka yang diperoleh dari belum dewasa atau orang dewasa. Pencangkokkan sumsum tulang yaitu salah satu jenis pencangkokkan sel punca, lantaran sumsum tulang mengandung sel punca yang menghasilkan lebih banyak sel darah.

Pencangkokan sel punca bisa digunakan sebagai serpihan pada pengobatan leukemia, jenis lymphoma tertentu (termasuk penyakit Hodgkin), dan anemia aplastic. Yang bisa juga digunakan untuk mengobati anak dengan gangguan genetika tertentu, termasuk thalassemia, anemia sel sickle, dan beberapa metabolisme bawaan atau gangguan immunodeficiency (seperti penyakit granulomatous kronis). Jenis sel punca tertentu bisa juga digunakan sebagai cangkok untuk orang yang sumsum tulangnya dihancurkan dengan kemoterapi atau terapi radiasi takaran tinggi digunakan untuk mengobati kanker mirip kanker payudara. Pencangkokkan sel punca bisa jadi sangat mempunyai kegunaan untuk mengobati gangguan lainnya, mirip penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer, dimana sel punca yang dicangkokkan bisa jadi sel otak.

Sel punca kemungkinan sel orang itu sendiri (sebuah mekanisme yang disebut pencangkokan autologous) atau mereka yang yaitu donor (sebuah mekanisme yang disebut pencangkokan allogeneic). Ketika sel punca orang itu sendiri digunakan, mereka dikumpulkan sebelum kemoterapi atau terapi radiasi lantaran pengobatan ini bisa merusak sel punca. Mereka disuntikkan kembali kedalam tubuh setelah pengobatan tersebut.

Untuk pencangkokan sumsum tulang, donor biasanya diberikan bius umum. Kemudian seorang dokter memindahkan sumsum dari tulang pinggul donor dengan sebuah syringe. Pemindahan sumsum tulang memerlukan waktu 1 jam.

Apakah Sel Punca (Stem Cell)?

Sel punca yaitu sel yang tidak sanggup dibedakan. Yang artinya bahwa mereka mempunyai potensi untuk menjadi salah satu dari banyak sekali jenis sel berbeda yang dikhususkan. Beberapa sel punca bisa dipicu untuk menjadi sel jenis apa saja didalam tubuh. yang lainnya siap membedakan sebagian; sel punca ini bisa menjadi, misal, jenis syaraf apapun atau sel glandular. Sel punca membelah, menghasilkan lebih banyak sel punca, hingga mereka dipicu untuk berspesialisasi. Kemudian sebagimana mereka terus membelah, mereka menjadi lebih dan lebih khusus hingga mereka kehilangan kemampuan untuk menjadi apapun tetapi salah satu jenis sel. Sel punca menghasilkan seluruh sel di dalam tubuh-lebih dari 200 jenis sel, termasuk darah, sayaraf, otot, jantung, glandular, sel kulit.

Para peneliti berpikir bahwa sel punca bisa eksklusif diperbaiki atau sel digantikan atau jaringan rusak atau dihancurkan oleh beberapa gangguan mirip penyekit Alzheimer, penyakit Parkinson, diabetes dan luka punggung. Sel punca bisa diarahkan untuk merangsang arahan genetic yang mengakibatkan mereka menjadi khusus. Sel punca bisa diperoleh dari 4 symber (tetapi sumber-sumber lainnya bisa cepat ditemukan) :

Embrio : sel punca diambil dari embrio dihasilkan di klinik kesuburan dengan pipa tes kesuburan (in Vitro). Sperma dari laki-laki dan beberapa sel telur dari perempuan ditempatkan di piring kultur. Sperma membuahi sel telur dan menghasilkan sel yang membelah, membentuk embrio. Beberapa embrio yang terlihat sangat sehat ditempatkan di rahim wanita. Sisanya dibuang atau dibekukan untuk digunakan kemudian bila diperlukan. Sel punca bisa diperoleh dari embrio yang tidak digunakan. Pada proses tersebut, penggunaan sel punca dari embrio yaitu controversial. Para peneliti berpikir bahwa sel punca ini sangat berpotensi untuk menghasilkan jenis sel yang berbeda dan untuk bertahan hidup setelah dicangkokkan.

Janin : setelah 8 ahad pembentukan, embrio disebut sebuah janin. Sel punca bisa diperoleh dari janin yang telah gugur atau diaborsi.

Tali sentra : sel punca bisa diperoleh dari darah pada tali sentra atau plasenta setelah seorang bayi dilahirkan. Sel punca ini bisa menghasilkan hanya sel darah.

Anak dan arif balig cukup akal : sumsum tulang dan darah pada anak dan orang arif balig cukup akal mengandung sel punca. Sel punca ini bisa menghasilkan hanya sel darah. kini ini, sel punca hanya digunakan untuk pencangkokkan sel-sel ini.
Kadangkala sel punca dari orang arif balig cukup akal diperoleh dari darah pada mekanisme pasien rawat jalan. Mula-mula, donor tersebut diberikan obat yang mengakibatkan sumsum tulang melepaskan lebih banyak sel punca ke dalam anutan darah. kemudian darah tersebut diambil melalui sebuah kateter dimasukkan ke salah satu lengan dan dialirkan melalui sebuah mesin yang memindahkan sel punca. Seluruh darah tersebut kembali ke orang tersebut melalui sebuah kateter yang dimasukkan ke dalam lengan lainnya. Biasanya, sekitar 2 hingga 4 jam sesi selama periode 1 hingga 2 ahad diharapkan untuk memeprolah sel batag yang cukup. Sel punca bisa diawetkan untuk digunakan kemudian dengan membekukan mereka.

Dokter menyuntik sel punca ke dalam pembuluh si penerima. Sel punca yang disuntikkan berpindah tempat dan berkembang di dalam tulang si peserta dan menghasilkan sel darah.

Pencangkokan sel punca beresiko lantaran sel darah putih si peserta telah dihancurkan atau berkurang jumlahnya oleh kemoterapi atau radiasi terapi. Akibatnya, resiko infeksi sangat tinggi untuk sekitar 2 hingga 3 ahad hingga sel punca yang didonasikan bisa menghasilkan sel darah putih yang cukup untuk melindungi dari infeksi.

Masalah lain yaitu bahwa sumsum tulang yang gres diperoleh dari orang lain bisa menghasilkan sel yang menyerang sel si penerima, mengakibatkan penyakit graft-versus-host. Selanjutnya, gangguan semula bisa terulang.

Resiko infeksi bisa dikurangi dengan menjaga peserta donor di ruang isolasi untuk jangka waktu tertentu (sampai sel yang dicangkokkan mulai menghasilkan sel darah). selama waktu ini, anggota staff dan pengunjung harus memakai epilog muka dan baju panjang dan mencuci tangan mereka secara menyeluruh sebelum memasuki ruang tersebut. antibody yang diisolasi dari danar pendonor kemungkinan diberikan secara infus kepada peserta untuk membantu melindungi dari infeksi. Faktor pertumbuhan, yang merangsang produksi sel darag, bisa membantu mengurangi resiko infeksi dan penyakit graft-versus-host.

Penerima cangkok punca sel biasanya tetap tinggal di rumah sakit untuk 1 hingga 2 bulan. Setelah keluar dari rumah sakit, kujungan lanjutan diharapkan pada jarak yang teratur. Kebanyakan orang memerlukan setidaknya 1 tahun untuk sembuh.
 
 

Pencangkokan

Pencangkokan (Transplantasi) yaitu pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu serpihan tubuh ke serpihan tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.

Transplantasi bisa menawarkan laba yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang tidak sanggup disembuhkan. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan.
Transplantasi organ tubuh biasanya melibatkan:
- pencarian donor yang sesuai
- kemungkinan timbulnya resiko akhir pembedahan
- pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten
- kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
- kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.
Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak sanggup kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.

Jaringan atau organ yang didonorkan bisa berasal dari orang lain yang masih hidup maupun yang belum usang ini sudah meninggal. Yang lebih disukai yaitu jaringan yang berasal dari orang yang masih hidup lantaran angka keberhasilannya tinggi. Tetapi jantung, hati, paru-paru dan komponen mata (kornea dan lensa) hanya bisa didapatkan dari seseorang yang gres saja meninggal dan biasanya akhir kecelakaan bukan lantaran sakit.

Donor yang masih hidup biasanya merupakan anggota keluarga. Organ yang paling sering didonorkan oleh orang yang masih hidup yaitu sumsum tulang dan ginjal. Tubuh mempunyai 2 buah ginjal dan fungsinya bisa berjalan baik meskipun hanya terdapat 1 buah ginjal, lantaran itu transplantasi ginjal sifatnya kondusif bagi donor.
Bagian dari jaringan hati dan paru-paru juga telah ditransplantasikan dari beberapa donor yang masih hidup. Pencangkokan organ dari donor hidup dilakukan dalam waktu beberapa menit setelah organ diangkat.

Beberapa organ hanya bertahan selama beberapa jam diluar tubuh; sedangkan organ lainnya sanggup disimpan dalam lemari pendingin selama beberapa hari.


PENCOCOKAN JARINGAN

Pencangkokan jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing (keadaan ini dikenal sebagai penolakan cangkokan). Untuk mengurangi beratnya penolakan tersebut, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus mempunyai kesesuaian yang semaksimal mungkin.

Untuk mencapai tingkai kesesuaian yang semaksimal mungkin, bilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien.
Antigen yaitu zat yang sanggup merangsang terjadinya suatu respon kekebalan, yang ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang mendapatkan jaringan dari donor, maka antien pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing.
3 antigen spesifik pada permukaan sel darah merah yaitu A, B dan Rh, yang memilih apakah akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah. Karena itu darah digolongkan menurut ketiga jenis antigen tersebut.
Jaringan lainnya mempunyai banyak sekali antigen, sehingg adaptasi menjadi lebih mungkin terjadi. Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil.

Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan, jaringan dari donor dan resipien diperiksa jenis HLAnya. Pada kembar identik, antigen HLAnya benar-benar sama. Pada orang renta dan sebagian besar saudara kandung, beberapa mempunyai antigen yang sama; 1 diantara 4 pasang saudara kandung mempunyai antigen yang sama.


PENEKANAN SISTEM KEKEBALAN

Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi bila sistem kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak.
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga gres tampak beberapa ahad bahkan beberapa bulan kemudian.
Penolakan bisa bersifat ringan dan gampang ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan.
Penolakan tidak hanya sanggup merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa mengakibatkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.

Penemuan obat-obatan yang sanggup menekan sistem kekebalan telah meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan.
Tetapi obat tersebut juga mempunyai resiko. Pada ketika obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran benda asing lainnya oleh sistem kekebaln.

Penekanan sistem kekebalan yang intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan atau bila terlihat tanda-tanda penolakan.

Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan. Yang sering digunakan yaitu kortikosteroid (misalnya prednison); pada awalnya diberikan melalui infus kemudian dalam bentuk obat yang diminum.
Obat lainnya adalah:
# Azatioprin
# Takrolimus
# Mikofenolat mofetil
# Siklosporin
# Siklofosfamid (terutama digunakan pada pencangkokkan sumsum tulang)
# Globulin anti-limfosit dan globulin anti-timosit
# Antibodi monoklonal.


PENCANGKOKAN GINJAL

Untuk orang-orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi, pencangkokan ginjal merupakan alternatif pengobatan selain dialisa dan telah berhasil dilakukan pada semua golongan umur.
Ginjal yang dicangkokkan kadang berfungsi hingga lebih dari 30 tahun. Orang-orang yang telah berhasil menjalani pencangkokkan ginjal biasanya bisa hidup secara normal dan aktif.

Transplantasi merupakan operasi besar lantaran ginjal dari donor harus disambungkan dengan pembuluh darah dan susukan kemih resipien.
Lebih dari duapertiga transplantasi berasal dari donor yang sudah meninggal, yang biasanya merupakan orang sehat yang meninggal lantaran kecelakaan. Ginjal dikeluarkan dari tubuh donor, didinginkan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk dicangkokkan kepada seseorang yang mempunyai jenis jaringan yang asama dan seru darahnya tidak mengandung antibodi terhadap jaringan.

Meskipun telah digunakan obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan, tetapi segera setelah pembedahan dilakukan, bisa terjadi satu atau beberapa episode penolakan,
Penolakan ini bisa menyebabkan:
- peningkatan berat tubuh akhir penimbunan cairan
- demam
- nyeri dan pembengkakan di kawasan tempat ginjal dicangkokkan.
Pemeriksaan darah mungkin memperlihatkan adanya kemunduran fungsi ginjal. Untuk memperkuat diagnosis penolakan, bisa dilakukan biopsi jarum (pengambilan pola jaringan ginjal dengan pinjaman sebuah jarum untuk diperiksa dengan mikroskop).

Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah takaran atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak sanggup diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Ginjal yang ditolak bisa dibiarkan di dalam tubuh resipien, kecuali jika:
- demam terus menerus
- air kemih mengandung darah
- tekanan darah tetap tinggi.
Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.

Kebanyakan episode penolakan dan komplikasi lainnya terjadi dalam waktu 3-4 bulan setelah pencangkokkan. Obat immunosupresan tetap diminum lantaran bila tidak boleh bisa menjadikan reaksi penolakan. Pemberian obat immunosupresan tidak boleh bila timbul imbas samping atau infeksi yang berat.

Resiko terjadinya kanker pada peserta ginjal yaitu 10-15 kali lebih besar bila dibandingkan dengan populasi umum.
Resiko terjadinya kanker sistem getah bening yaitu sekitar 30 kali lebih besar daripada normal, hal ini terjadi kemungkinan alasannya yaitu sudah terjadi pementingan terhadap sistem kekebalan.


PENCANGKOKAN HATI

Penderita penyakit ginjal mempunyai alternatif pengobatan dialisa, tetapi tidak demikian halnya dengan penderita penyakit hati yang berat. Jika hati sudah tidak berfungsi lagi, maka satu-satunya pilihan pengobatan yaitu pencangkokkan hati.

Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada transplantasi ginjal, tetapi 70-80% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun.
Mereka yang bertahan hidup kebanyakan yaitu resipien yang hatinya telah mengalami kerusakan akhir sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat yang merupakan racun bagi hati.
Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker hati jarang berhasil. Kanker biasanya kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan atau pada organ lainnya dan kurang dari 20% resipien yang bertahan hidup selama 1 tahun.

Yang mengejutkan yaitu bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati tidak sehebat reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan jantung). Tetapi setelah pembedahan harus diberikan obat immunosupresan.
Jika resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriskaan darah), maka bisa dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu memilih apakah hati yang dicangkokkan telah ditolahk dan apakah takaran obat immunosupresan harus ditingkatkan.


PENCANGKOKAN JANTUNG

Beberapa puluh tahun yang kemudian mustahil dilakukan, tetapi ketika ini transplantasi jantung telah menjadi kenyataan.
95% resipien bisa lebih baik dalam melaksanakan olah raga dan acara sehari-hari; lebih dari 70% resipien yang kembali bekerja.

Transplantasi jantung dilakukan pada penderita penyakit jantung yang paling serius dan tidak sanggup diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan lainnya.

Setelah pembedahan, kepada resipien perlu diberikan obat immunosupresan.
Reaksi penolakan terhadap jantung biasanya berupa demam, lemah dan denyut jantung yang cepat atau abnormal.
Jantung yang tidak berfungsi dengan baik bis amenyebabkan tekanan darah rendah, pembengkakan dan penimbunan cairan di dalam paru-paru.
Penolakan yang sifatnya sangat ringan mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda sama sekali tetapi bisa terlihat adanya perubahan pada EKG.

Jika diduga telah terjadi penolakan, biasanya dilakukan biopsi. Jika ternyata terbukti telah terjadi penolakan, maka dilakukan adaptasi takaran obat immunosupresan.

Hampir separuh ajal pada resipien jantung disebabkan oleh infeksi.
Komplikasi lainnya yaitu aterosklerosis yang timbul pada arteri koroner dari 25% resipien.


PENJANGKOKAN PARU-PARU & JANTUNG-PARU

Beberapa tahun terakhir ini, transplantasi paru-paru telah memperlihatkan kemajuan yang pesat. Biasanya hanya 1 paru-paru yang dicangkokkan, tetapi kadang dilakukan transplantasi kedua paru-paru.
Jika penyakit paru-paru juga telah mengakibatkan kerusakan pada jantung, kadang transplantasi paru-paru digabungkan dengan transplantasi jantung.
Transplantasi paru-paru harus dilakukan segera setelah paru-paru diperoleh lantaran proses pengawetannya sulit.

Paru-paru bisa berasal dari donor hidup maupun donor yang gres meninggal. Dari donor hidup, hanya 1 paru-paru yang bisa diambil dan biasanya hanya 1 lobus yang didonorkan.

80-85% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun dan sekitar 70% bertahan hidup selama 5 tahun.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada resipien:
- Infeksi
- Penyembuhan yang buruk pada titik persambungan susukan udara
- Penyumbatan susukan udara akhir pembentukan jaringan parut
- Penutupan susukan udara yang kecil (merupakan komplikasi lanjut yang bisa menjadi membuktikan adanya penolakan yang terjadi secara bertahap).

Penolakan terhadap transplantasi paru-paru sulit untuk diketahui, dinilai dan diobati. Pada lebih dari 80% resipien, penolakan terjadi dalam beberapa bulan setelah pembedahan.
Penolakan bisa mengakibatkan demam, sesak nafas dan lemah (kelemahan terjadi akhir berkurangnya oksigen dalam darah).
Penolakan diatasi dengan melaksanakan adaptasi takaran obat immunosupresan.


PENCANGKOKAN PANKREAS

Transplantasi pankreas hanya dilakukan pada penderita diabetes tertentu.
Tujuan dari pencangkokkan yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes dan terutama untuk mengontrol kadar gula darah secara lebih efektif.
Penelitian telah memperlihatkan bahwa transplantasi pankreas sanggup memperlambat atau menghilangkan komplikasi dari diabetes. Tetapi kebanyakan penderita tidak cocok menjalani transplantasi dan transplantasi biasanya hanya dilakukan pada penderita yang kadar gula darahnya sangat sulit dikendalikan serta penderita yang belum mengalami komplikasi yang serius.

Lebih dari 50% resipien memili kadar gula darah yang normal dan seringkali tidak perlu memakai insulin lagi.
Resipien harus mengkonsumsi obat immunosupresan lantaran itu mereka mempunyai resiko mengalami infeksi dan komplikasi lainnya.


PENCANGKOKAN SUMSUM TULANG

Pencangkokkan sumsum tulang pertama kali digunakan sebagai serpihan dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu dan anemia aplastik.
Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian pencangkokkan sumsum tulang kini ini semakin meluas. Pencangkokkan sumsum tulang dilakukan pada perempuan penderita kanker payudara dan belum dewasa yang menderita kelainan genetik tertentu.
Jika penderita kanker menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran, maka sel-sel penghasil darah yang normal di dalam sumsum tulang juga bisa dihancurkan bersamaan dengan sel-sel kanker. Tetapi kadang pada ketika mendapatkan kemoterapi takaran tinggi, sumsum tulang penderita bisa dikeluarkan dan kemudian disuntikkan kembali setelah kemoterapi selesai. Karena itu, penderita kanker bisa mendapatkan terapi penyintaran dan kemoterapi takaran tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Jenis HLA resipien harus ibarat jenis HLA donor, lantaran itu biasanya donor berasal dari keluarga dekat.
Prosedurnya sendiri yaitu sederhana. Biasanya dalam keadaan terbius total, sumsum tulang diambil dari tulang panggul donor dengan pinjaman sebuah jarum. Kemudian sumsum tulang tersebut disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan berakar di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai membelah. Pada akhrinya, bila semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru.

Namun, mekanisme transplantasi sumsum tulang mempunyai resiko lantaran sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi.
Sumsum tulang yang gres memerlukan waktu sekitar 2-3 ahad untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diharapkan guna melindungi resipien terhadap infeksi.
Resiko lainnya yaitu penyakit graft-versus-host), dimana sumsum tulang yang gres menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologis menyerang sel-sel resipien.


TRANSPLANTASI ORGAN LAINNYA

Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya bisa menjalani pencangkokkan kulit (skin graft).
Cara terbaik untuk melaksanakan skin graft yaitu dengan mengambil kulit yang sehat dari serpihan tubuh lainnya dan mencangkokkannya pada serpihan tubuh yang memerlukan. Jika hal tersebut mustahil dilakukan, untuk sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau binatang (misalnya babi) hingga tumbuhnya kulit gres yang normal.

Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-anak, biasanya untuk memperbaiki kelainan pada pendengaran atau hidung. Kartilago donor jarang diserang oleh sistem kekebalan tubuh resipien.

Pada transplantasi tulang, biasanya materi tulang diambil dari serpihan tubuh lainnya untuk dicangkokkan pada serpihan tubuh yang memerlukan.
Transplantasi tulang dari donor tidak sanggup bertahan, tetapi bisa merangsang pertumbuhan tulang gres dan merupakan jembatan serta stabilisator yang baik hingga terbentuknya tulang yang baru.

Transplantasi usus halus masih bersifat coba-coba dan bisa dilakukan pada orang-orang yang ususnya telah mengalami kerusakan akhir penyakit atau ususnya sudah tidak sanggup berfungsi dengan baik.
 
 

Gangguan Autoimun

Efek Penuaan pada Sistem Kekebalan Tubuh Sistem Imunitas
Gangguan autoimun yaitu kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang menciptakan tubuh menyerang jaringannya sendiri.

Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai materi asing atau berbahaya. Bahan mirip itu termasuk mikro-jasad, benalu (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan. Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen yaitu molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, mirip molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.

Sel sekalipun pada orang yang mempunyai jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari materi asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang mempunyai jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas adakala rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek mirip itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.

Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi mirip radang sendi rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, diantaranya. Penyakit tambahan yang diyakini bekerjasama dengan autoimun mirip glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit adonan jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.

Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan
Jaringan yang terkena
Konsekwensi
Anemia hemolitik autoimun
Sel darah merah
Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi, mengakibatkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Limpa mungkin membesar.
Anemia bisa andal dan bahkan fatal.
Bullous pemphigoid
Kulit
Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bisul yang merah, terbentuk di kulit.
Gatal biasa.
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Sindrom Goodpasture
Paru-paru dan ginjal
Gejala, mirip pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang.
Prognosis baik bila pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal andal terjadi.
Penyakit Graves
Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism).
Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan kecemasa.
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Tiroiditis Hashimoto
Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism).
Gejala mirip berat tubuh bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.
Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi tanda-tanda secara sempurna.
Multiple sclerosis
Otak dan spinal cord
Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf mirip biasanya.
Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, dilema dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat.
Gejala berubah-ubah wacana waktu dan mungkin tiba dan pergi.
Prognosis berubah-ubah.
Myasthenia gravis
Koneksi antara saraf dan otot (neuromuscular junction)
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas.
Obat biasanya bisa mengontrol gejala.
Pemphigus
Kulit
Lepuh besar terbentuk di kulit.
Gangguan bisa mengancam hidup.
Pernicious anemia
Sel tertentu di sepanjang perut
Kerusakan pada sel sepanjang perut menciptakan kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel darah renta dan pemeliharaan sel syaraf).
Anemia adalah, sering kesannya mengakibatkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Syaraf bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi.
Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkin rusak, akhirnya mengakibatkan kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat.
Risiko kanker perut bertambah.
Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.
Rheumatoid arthritis
Sendi atau jaringan lain mirip jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantung
Banyak tanda-tanda mungkin terjadi.
termasuk demam, kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bisul di bawah kulit.
Progonosis bervariasi
Systemic lupus erythematosus (lupus)
sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darah
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.
Gejala anemia, mirip kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-paru, atau jantung mengacaukan, mirip kepenatan, pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi.
Bercak mungkin timbul.
Ramalan berubah-ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak adakala kekacauan.
Diabetes mellitus tipe 1
Sel beta dari pankreas (yang memproduksi insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera makan, mirip komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, lantaran tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin yang cukup.
Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih buruk kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama.
Vasculitis
Pembuluh darah
Vasculitis bisa menghipnotis pembuluh darah di satu serpihan tubuh (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan tanda-tanda kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada serpihan tubuh mana yang dipengaruhi.
Prognosis bergantung pada alasannya yaitu dan berapa banyak jaringan rusak.
Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.


PENYEBAB

Reaksi autoimun sanggup dicetuskan oleh beberapa hal :

* Senyawa yang ada di tubuh yang normalnya dibatasi di area tertentu (dan demikian disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam anutan darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa menciptakan cairan di bola mata dilepaskan ke dalam anutan darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
* Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
* Senyawa asing yang ibarat senyawa tubuh alami mungkin memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati sanggup menjadikan senyawa tubuh mirip mirip materi asing sebagai sasaran. Misalnya, basil penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh sanggup menyerang jantung orang sehabis sakit kerongkongan (reaksi ini serpihan dari deman rumatik).
* Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi absurd yang menyerang beberapa sel badan.

Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu pemicu, mirip infeks virus atau kerusakan jaringan, sanggup menciptakan kekacauan berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, lantaran banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.

GEJALA

Gangguan autoimun sanggup mengakibatkan demam. Tetapi, tanda-tanda bervariasi bergantung pada gangguan dan serpihan tubuh yang terkena. Beberapa gangguan autoimun menghipnotis jenis tertentu jaringan di seluruh tubuh misalnya, pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit. Gangguan autoimun lainnya menghipnotis organ khusus. Sebenarnya organ yang mana pun, termasuk ginjal, paru-paru, jantung, dan otak, bisa dipengaruhi. Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa mengakibatkan rasa sakit, merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal, kesukaran pernafasan, penumpukan cairan (edema), demam, bahkan kematian.

DIAGNOSA

Pemeriksaan darah yang memperlihatkan adanya radang sanggup diduga sebagai gangguan autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, lantaran protein yang dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) lantaran radang mengurangi produksi mereka. Tetapi, radang mempunyai banyak sebab, banyak diantaranya yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter sering mendapatkan investigasi darah untuk mengetahui antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan autoimun khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Tetapi antibodi ini pun adakala mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh alasannya yaitu itu dokter biasanya memakai kombinasi hasil tes dan tanda dan tanda-tanda orang untuk mengambil keputusan apakah ada gangguan autoimun.

PENGOBATAN

Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune juga mengganggu kemampuan tubuh untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.

Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), mirip azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkal denganjangka panjang. Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan tubuh untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

Sering, kortikosteroid, mirip prednison, diberikan, biasanya secara oral. Obat ini mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. KortiKosteroid yang digunakan dlama jangka panjang mempunyai banyak imbas samping. Kalau mungkin, kortikosteroid digunakan untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau sewaktu tanda-tanda memburuk. Tetapi, kortikosteroid adakala harus digunakan untuk jangka waktu tidak terbatas.

Ganggua autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi tanda-tanda juga mungkin diperlukan.

Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi agresi faktor tumor necrosis (TNF), materi yang bisa mengakibatkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya bila digunakan untuk mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, mirip multipel sklerosis. Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.

Obat gres tertentu secara khusua membidik sel darah putih. Sel darah putih menolong pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi autoimun. Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan digunakan pada radang sendi rheumatoid. Rituximab, terlebih dulu digunakan melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja dengan menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh. Efektif pada radang sendi rheumatoid dan dalam penelitain untuk banyak sekali gangguan autoimun lainnya. Obat lain yang ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.

Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring dikembalikan kepada pasien.

Beberapa gangguan autoimun terjadi tak sanggup dipahami sewaktu mereka mulai. Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering diharapkan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan.  


 





Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sistem Imunitas"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel