Mengapa Pikiran Mengembara Buat Kita Sengsara

Melamun, merenungkan masa depan dan mengingat masa kemudian menghabiskan hampir setengah waktu terjaga kita, berdasarkan temuan para ilmuwan.

 merenungkan masa depan dan mengingat masa kemudian menghabiskan hampir setengah waktu terjaga Mengapa Pikiran Mengembara Buat Kita Sengsara

Namun, mereka meyakini bahwa pikiran yang mengembara terus menerus ini membuat kita semua sengsara.

Para psikolog di Universitas Harvard menemukan bahwa kita paling senang ketika kita "menjalani waktu sekarang" dan tidak memikirkan posisi kita di dunia.

Mereka mengklaim bahwa pikiran kita mengembara 46,9 persen dari waktu kita dan ketika itulah yang membuat kita paling tidak bahagia. Demikian ibarat yang dikutip dari Telegraph, kamis (11/10/10).

Kehidupan kita paling menyenangkan dan senang ketika kita sepenuhnya terfokus pada pekerjaan yang ada bahkan lebih dari ketika kita terdiam wacana hal-hal menyenangkan.

Hal ini sangat mungkin terjadi ketika kita melaksanakan hubungan suami istri bagi yang sudah menikah, berolahraga atau dalam percakapan mendalam dengan teman-teman, ibarat yang ditemukan oleh para ilmuwan tersebut.

Mendengarkan musik dan bermain juga membantu kita keluar dari pikiran kita.

Di lain pihak, pikiran paling banyak mengembara ketika kita beristirahat, bekerja atau memakai komputer di rumah kita.

Aktifitas ibarat membaca, melaksanakan pekerjaan di rumah dan menonton televisi nampaknya hampir netral pengaruhnya pada pikiran kita.

Penemuan tersebut seakan memperlihatkan mengapa orang-orang menikmati olahraga ekstrim, bergabung dengan klub-klub dan berbincang-bincang di pub.

Profesor Daniel Gilbert dan Matthew Killingsworth sang rekan peneliti menyampaikan bahwa kemampuan unik para insan untuk melihat kembali masa kemudian mereka dan memikirkan masa depan mereka merupakan satu anugerah gabungan.

"Pikiran insan merupakan pikiran yang mengembara, dan pikiran yang mengembara merupakan pikiran yang tidak bahagia," berdasarkan kesimpulan penelitian para peneliti tersebut.

"Kemampuan untuk memikirkan apa yang tak sedang terjadi merupakan satu pencapaian kognitif yang tiba dengan kerugian emosional."

Penelitian tersebut yang memakai satu teknik yang disebut "pengambilan sampel pengalaman" nampaknya bekerja di atas dogma Sokrates bahwa "kehidupan yang tak teruji tak layak dijalani".

Pak Killingsworth membuat satu aplikasi iPhone yang secara acak menanyakan 2.250 relawan dari seluruh dunia pada jeda waktu berbeda dalam sehari wacana tingkat kebahagiaan mereka, apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pikirkan.

Setiap waktu para partisipan yang berumur antara 18 dan 88 tahun diminta untuk menentukan salah satu di antara 22 aktifitas umum dan merekam seberapa bahagianya mereka ketika melaksanakan hal tersebut dan juga apakah mereka memikirkan wacana aktifitas yang sedang dijalani atau sesuatu yang lain.

Para peneliti di Universitas Harvard menemukan bahwa pikiran orang-orang mengembara rata-rata 46,9 persen dari waktunya yaitu ketika mereka memikirkan hal-hal yang tidak terjadi di sekitar mereka.

Dalam survey, para partisipan menyampaikan mereka teralihkan tidak kurang dari 30 persen waktu selama setiap aktifitas, kecuali ketika melaksanakan hubungan suami istri, ketika mereka lebih fokus dari biasanya.

Pak Killingsworth menyampaikan "pikiran yang mengembara nampaknya ada di semua aktifitas".

"Manusia itu unik dengan kemampuannya untuk fokus pada insiden yang tidak terjadi di sekitarnya, berguru dari masa lalu, mengantisipasi serta merencanakan masa depan dan bahkan membayangkan hal-hal yang mungkin tidak terjadi sama sekali," tuturnya.

"Namun ketika pikiran kita mengembara kita tidak melakukannya dengan cara yang menguntungkan kebahagiaan kita. Kita melakukannya dengan cara yang bersifat merusak.

Hal ini benar bahkan ketika kita berada dalam aktifitas-aktifitas nyata dan bahkan ketika topik dalam pikiran kita itu menyenangkan."

Dia mengatakan, ibarat banyak agama dan filsafat, kesaksiannya mengimplikasikan bahwa "menjalani waktu sekaranglah" yang menawarkan kita sebagian besar kebahagiaan.

Idenya yaitu melawan pikiran yang mengembara dan untuk "berada di sini sekarang".

Lebih dari 5.000 orang kini memakai aplikasi web yang dikembangkan untuk studi itu dan relawan dari seluruh dunia didorong untuk mendaftarkan diri untuk memperluas penelitian tersebut.

Aplikasi tersebut bisa diakses lewat Twitter, email atau hp dan bisa didownload secara gratis di http://trackyourhappiness.org.

Kategori Terkait:
Informasi Terkait:

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengapa Pikiran Mengembara Buat Kita Sengsara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel