Seberapa Besar Cintamu Padaku? Sebuah Tes
Tes cinta yang dirancang oleh para ilmuwan yang secara akurat sanggup memprediksi apakah suatu kekerabatan akan sukses.
Para peneliti memakai tes tersebut untuk secara sempurna memprediksi apakah lebih dari 50 pasangan akan bercerai dalam periode 12 bulan.
Tes tersebut memanfaatan sebuah teknik kata psikologis untuk menemukan apa yang benar-benar dipikirkan orang-orang wacana pasangan mereka dan seberapa praktis mereka mengasosiasikannya dengan kata-kata faktual atau negatif, sebagaimana yang dilansir oleh Telegraph.
Jika seseorang lebih praktis secara otomatis mengasosiasikan kata-kata menyenangkan dengan pasangannya, para ilmuwan menemukan bahwa mereka mempunyai kekerabatan yang lebih kuat dan cenderung akan tetap bersama.
Namun "pembusukkan hubungan" sanggup tetap besar lengan berkuasa dan meningkatkan potensi terpendam "resiko perceraian".
Dari 116 orang yang ikut berpartisipasi, 19 orang bercerai dari pasangan mereka yang setara dengan 16 persen, angka yang diprediksi oleh tim peneliti dari Universitas Rochester di Amerika.
Profesor Ronald Rogge yang memprakarsai studi tersebut mengatakan: "Apa yang benar-benar membuatku senang dengan hasil kami yakni bahwa pengukuran kami nampaknya lebih baik memprediksi hasil-hasilnya daripada apa yang orang-orang katakan kepada kami wacana kekerabatan mereka.
"Orang-orang yang memamerkan perasaan-perasaan negatif kepada pasangannya cenderung tujuh kali lipat akan bercerai pada tahun berikutnya."
Dalam tes ini, para relawan diminta untuk mengisi kuisioner wacana kekerabatan mereka serta menjalani tes asosiasi kata.
Studi sebelumnya wacana kekerabatan menemukan bahwa sulit untuk mencari tahu seberapa puaskah seseorang dalam hubungannya sebab orang-orang akan menyampaikan kepada para ilmuwan hal-hal berbeda dari apa yang mereka rasakan sebenarnya.
Prof. Rogge mengatakan: "Kesulitan mengenai hal itu yakni hal tersebut mengasumsikan bahwa mereka tahu seberapa bahagiannya mereka, dan hal itu bukan selamanya demikian.
"Yang lebih parah lagi, banyak orang tidak mau menyampaikan kepada anda bila mereka mulai merasa kurang senang dalam kekerabatan mereka."
Namun, para ilmuwan meyakini tes gres mereka, dengan memakai asosiasi kata dan batasan waktu akan menginformasikan refleksi perasaan partisipan yang sebenarnya.
Prof. Rogge mengatakan: "Hal tersebut menawarkan kita kilasan unik mengenai bagaimana perasaan orang-orang wacana pasangan mereka yang menawarkan kita gosip yang tak sanggup atau tak mau diberikan."
Tes tersebut didasarkan pada suatu teknik yang sering dipakai untuk memilih rasisme atau bias yang merupakan perasaan-perasaan yang sulit diakui kepada diri mereka sendiri atau kepada para peneliti.
Para peneliti menawarkan nama pasangannya dan melihat pada layar monitor saat tiga jenis kata ditampilkan, kata-kata yang baik ibarat "damai" atau "saling berbagi", kata-kata tidak baik ibarat "kematian dan tragedi", atau nama pasangan mereka.
Para partisipan menjalani dua tes yaitu menekan tombol spasi saat mereka melihat kata-kata yang baik atau kata-kata yang berkaitan dengan pasangan dan menekan tombol spasi saat mereka melihat kata-kata yang tidak baik dan kata-kata yang berafiliasi dengan pasangan.
Secara total ada 222 relawan yang berpartisipasi walaupun 116 relawan mengikuti survey lanjutan untuk mengetahui apakah mereka tetap bersama 12 bulan kemudian.
Kategori Terkait:
Informasi Terkait:
Para peneliti memakai tes tersebut untuk secara sempurna memprediksi apakah lebih dari 50 pasangan akan bercerai dalam periode 12 bulan.
Tes tersebut memanfaatan sebuah teknik kata psikologis untuk menemukan apa yang benar-benar dipikirkan orang-orang wacana pasangan mereka dan seberapa praktis mereka mengasosiasikannya dengan kata-kata faktual atau negatif, sebagaimana yang dilansir oleh Telegraph.
Jika seseorang lebih praktis secara otomatis mengasosiasikan kata-kata menyenangkan dengan pasangannya, para ilmuwan menemukan bahwa mereka mempunyai kekerabatan yang lebih kuat dan cenderung akan tetap bersama.
Namun "pembusukkan hubungan" sanggup tetap besar lengan berkuasa dan meningkatkan potensi terpendam "resiko perceraian".
Dari 116 orang yang ikut berpartisipasi, 19 orang bercerai dari pasangan mereka yang setara dengan 16 persen, angka yang diprediksi oleh tim peneliti dari Universitas Rochester di Amerika.
Profesor Ronald Rogge yang memprakarsai studi tersebut mengatakan: "Apa yang benar-benar membuatku senang dengan hasil kami yakni bahwa pengukuran kami nampaknya lebih baik memprediksi hasil-hasilnya daripada apa yang orang-orang katakan kepada kami wacana kekerabatan mereka.
"Orang-orang yang memamerkan perasaan-perasaan negatif kepada pasangannya cenderung tujuh kali lipat akan bercerai pada tahun berikutnya."
Dalam tes ini, para relawan diminta untuk mengisi kuisioner wacana kekerabatan mereka serta menjalani tes asosiasi kata.
Studi sebelumnya wacana kekerabatan menemukan bahwa sulit untuk mencari tahu seberapa puaskah seseorang dalam hubungannya sebab orang-orang akan menyampaikan kepada para ilmuwan hal-hal berbeda dari apa yang mereka rasakan sebenarnya.
Prof. Rogge mengatakan: "Kesulitan mengenai hal itu yakni hal tersebut mengasumsikan bahwa mereka tahu seberapa bahagiannya mereka, dan hal itu bukan selamanya demikian.
"Yang lebih parah lagi, banyak orang tidak mau menyampaikan kepada anda bila mereka mulai merasa kurang senang dalam kekerabatan mereka."
Namun, para ilmuwan meyakini tes gres mereka, dengan memakai asosiasi kata dan batasan waktu akan menginformasikan refleksi perasaan partisipan yang sebenarnya.
Prof. Rogge mengatakan: "Hal tersebut menawarkan kita kilasan unik mengenai bagaimana perasaan orang-orang wacana pasangan mereka yang menawarkan kita gosip yang tak sanggup atau tak mau diberikan."
Tes tersebut didasarkan pada suatu teknik yang sering dipakai untuk memilih rasisme atau bias yang merupakan perasaan-perasaan yang sulit diakui kepada diri mereka sendiri atau kepada para peneliti.
Para peneliti menawarkan nama pasangannya dan melihat pada layar monitor saat tiga jenis kata ditampilkan, kata-kata yang baik ibarat "damai" atau "saling berbagi", kata-kata tidak baik ibarat "kematian dan tragedi", atau nama pasangan mereka.
Para partisipan menjalani dua tes yaitu menekan tombol spasi saat mereka melihat kata-kata yang baik atau kata-kata yang berkaitan dengan pasangan dan menekan tombol spasi saat mereka melihat kata-kata yang tidak baik dan kata-kata yang berafiliasi dengan pasangan.
Secara total ada 222 relawan yang berpartisipasi walaupun 116 relawan mengikuti survey lanjutan untuk mengetahui apakah mereka tetap bersama 12 bulan kemudian.
Kategori Terkait:
Informasi Terkait:
0 Response to "Seberapa Besar Cintamu Padaku? Sebuah Tes"
Post a Comment